Total Pageviews

Friday, February 24, 2023

HAUL KE 60 KH ZAINUL ARIFIN

Bazar Kuliner Khas Barus di Bellvue Cinere persembahan KKBSSAP bekerja sama dengan Ikatan Alumni SMA Negeri 6 Jakarta 

HAUL KE 60 KH ZAINUL ARIFIN

RATUSAN DALAM KABAH

Bagi saya, pengalaman menunaikan ibadah haji sebagai Wakil Perdana Menteri mendampingi Presiden Sukarno, merupakan catatan sejarah yang sangat penting dalam perjalanan hidup KH Zainul Arifin Pohan. Saya pernah membuat dua tulisan tentang itu. Nyata, ada saja hal baru yang saya temukan berdasarkan riset mengenai naik haji sebagai petinggi negara.

Mutakhir, saya yang sebelumnya mengira hanya beberapa tamu Raja yang ikut masuk ke dalam untuk ikut mencuci Kabah, ternyata menemukan angka hingga ratusan orang ikut masuk. Angka itu saya dapat dari tulisan dalam majalah Tempo terbitan 4 Maret1972 yang mengutip langsung dari Kantor Berita Antara.

Saya membandingkan suasana musim haji tahun 1972 dengan Haji Akbar 1955. Bukan saja keistimewaan Haji Akbar yang meliputi tahun tersebut, namun pada saat yang sama dilaksanakan pula upacara inagurasi pembangunan Majid Nabawi di Madinah hingga tiga kali lebih dari luas sebelumnya. Acara itu dihadiri banyak kepala negara Islam. Dari Raja Hussein (Yordania) hingga Shah Iran Muhammad Reza Pahlevi ikut hadir. Tentu saja setiap tamu VVIP tersebut diiringi anggota rombongan masing-masing. Bisa diprakira jumlah hadirin dalam acara memasuki dan mencuci dinding Baitullah. Ratusan!

Rombongan harus menaiki tangga hingga ketinggian 2 meter dari atas tanah untuk mencapai pintu terbuat dari perpaduan emas murni dengan perak yang disebut Multazam, tempat jamaah haji memulai dan mengakhiri putaran-putaran Thawafnya. Di dalamnya  tampak dinding batu berwarna biru dengan ubin marmer setinggi 25 cm. Kabah sendiri tingginya 15 m, dengan lantai sebelah Utara 9,92 m, Barat: 12, 15 m, Selatan: 10,25 m dan Timur: 11,85 m.

Dalam Kabah ditopang ke atap oleh tiga tiang berrongga. Pada tiang-tiang itu digantung penerang dibalut rangka dari emas dan perak. Semua hiasan dalam Kabah terbuat dari emas dan perak. Adapula pintu kecil bertangga menuju atap Baitullah. Dari sanalah para Mukkabir naik dan berdiri di atas atap. Mukkabir adalah orang-orang yang memimpin para jamaah mengucap kalimat-kalimat Talbiyah.

Jamaah biasa bisa merasakan masuk ke dalam Kabah dengan memasuki Hijir Ismail yang dulunya memang bagian dalam Kabah. Di sana jamaah berebutan untuk berdoa di bawah pancuran emas dari atap Baitullah. Di kala hujan turun, air akan berjatuhan menimpa daerah yang menurut riwayat merupakan makam Ismail dan ibundanya, Siti Hajar.

Labaikallahuma labik!

(Ario Helmy)



Thursday, February 23, 2023

HAUL KE 60 TAHUN KH ZAINUL ARIFIN

Seminggu lagi, 2 Maret 2023, merupakan Haul (peringatan meninggalnya) KH Zainul Arifin ke 60. Bertepatan pula dengan HUT Nahdlatul Ulama ke 100.

Biasanya dalam acara Haul keluarga besar Zainul Arifin berziarah kubur dan tabur bunga bersama di makam Angku di TMPN Kalibata. Namun karena kesibukan masing-masing ditambah cuaca yang sering tidak mendukung belakangan ini, tahun ini acara ziarah dan tabur bunga ditiadakan.

Bagaimanapun, beberapa individu sudah menyempatkan berziarah dan berdoa dimakam Kahaza. Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Anies Baswedan yang telah berziarah dan berdoa di makam Angku kami. Juga untuk Saudara  M. Hanif, cicit KH Saifuddin Zuhri, serta Bapak Sukran dari KKBSSAP yang juga sempat berfoto di Kalibata manakala yayasan Matauli pimpinan Akbar Tanjung berziarah ke makam Pahlawan Nasional Feisal Tanjung.

Pun, NU Creative Media dalam rangka peringatan seabad NU telah menjelaskan KH Zainul Arifin sebagai tokoh NU pertama dengan jabatan tertinggi di pemerintahan yakni sebagai Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I (1953-1955). Zainul Arifin juga tokoh NU pertama mengetuai parlemen (DPR) sejak 1960 hingga wafatnya 1963. Angku pula tokoh NU pertama yang mendapat anugerah Pahlawan Nasional dari pemerintahan Presiden Sukarno.

Barakallah. Al Fatihah untuk Zainul Arifin bin Syahi Alam Pohan. (Ario Helmy)

Monday, December 26, 2022

KH ZAINUL ARIFIN DAN PRESIDEN SUKARNO KE ITALIA DAN SOWAN PAUS

Ario Helmy

Dalam rangkaian perjalanan panjang antara negara-negara Blok Barat dan Blok Timur pada 1956, dari benua Amerika, rombongan kenegaraan RI menuju Italia, negara Eropa pertama dikunjungi presiden pertama Indonesia, Sukarno. Di negara itu, rombongan mengadakan kunjungan resmi kenegaraan, termasuk pula acara audiensi 30 menit dengan Sri Paus di Tahta Suci Vatican, selama seminggu, 10 - 17 Juni 1956.

Menurut Willem Oltmans wartawan koran Belanda paling terkemuka De Telegraaph dalam bukunya, "Sukarno Sahabatku" (Pustaka Harapan, 2001), Kerajaan Belanda sangat kecewa karena sekutu pentingnya di NATO dan MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) menyambut musuh Belanda Sukarno dengan penuh penghormatan. Belanda tahu betul kalau perjalanan lintas benua rombongan kenegaraan bekas jajahannya itu utamanya dalam rangka menggalang dukungan di PBB guna membebaskan Irian Barat dari cengkraman Belanda. 

KUNCI EMAS

Rombongan kepresidenan mendarat di bandara Ciampino di ibukota Roma pada 10 Juni 1956. Presiden Italia, Giovanni Gronchi menghelat upacara kehormatan kenegaraan dalam menyambut mitranya dari negara Asia Tenggara yang baru 10 tahun merdeka itu. 

Kemudian dari atas mobil terbuka rombongan memasuki kota Roma dimana masyarakat setempat berderet di sepanjang jalan ikut menyambut. Berikutnya, arak-arakan berhenti untuk menerima sambutan walikota Roma, Salvatore Rebochini yang menyerahkan kunci emas kota sebagai pengakuan pada Sukarno sebagai warga kehormatan. 

Dari situ pasukan pengiring Tamu Negara berganti dengan pasukan berkuda yang mengawal Sukarno dan rombongan menuju penginapan Castel Gandolfo yang adalah kediaman resmi musim panas Paus di Kota Roma. 

Begitu megahnya sambutan pemerintah Italia terhadap rombongan Sukarno, pemerintah Belanda menyerukan koran-koran Belanda untuk tidak memuat berita mengenainya. 

DARI SENI HINGGA MILITER

Jadwal kunjungan Presiden Sukarno dan rombongan selama 7 hari berlangsung padat. Sebagai pecinta seni, tuan rumah menyiapkan perjalanan-perjalanan yang meliputi kunjungan ke museum2 sejarah dan seni yang sangat di nikmati Tamu Negara. 

Tidak ketinggalan, peninjauan ke pabrik mobil Fiat yang kala itu merupakan pabrik mobil terbesar di dunia setelah General Motors dan Ford di AS. 

Presiden Sukarno juga diantar ke Naples guna menyaksikan perkembangan teknologi pembuatan kapal-kapal perlengkapan Angkatan Laut. 

CIUM CINCIN

Bambang Wijanarko dari Dewan Keamanan Presiden (DKP) tampak membungkuk di hadapan Paus Pius XII dan mencium cincin Bapa Suci dalam video acara audiensi rombongan kenegaraan RI ke Tahta Suci di Kota Vatikan. Presiden memperkenalkan Wijarnako sebagai penganut Katolik. Sedangkan Dr. J. Leimena diperkenalkan sebagai pemeluk Kristen. Sukarno sendiri adalah presiden Muslim dari negara mayoritas Muslim pertama yang diterima Paus. Tidak ketinggalan, Sukarno memperkenalkan KH Zainul Arifin sebagai tokoh Muslim terkemuka Indonesia. Paus Pius XII menganugerahi Presiden dengan medali tertinggi kepausan, Order of Pope. Sedangkan seluruh anggota rombongan menerima medali kepausan. 

Dari Italia, rombongan menuju Jerman mengendara kereta api. Membuat Kerajaan Belanda tambah masygul karena sekutunya yang inipun menyambut Sukarno dengan penuh penghormatan.




Sunday, November 13, 2022

SOEKARNO DAN ELIZABETH

Oleh: Ario Helmy

Duta besar RI pertama untuk Britania Raya, Subandrio, ikut berjalan dalam rombongan korps diplomatik yang dengan dukacita mengiringi kereta jenazah Raja George VI yang wafat dalam tidurnya pada 15 Februari 1952. Raja segera digantikan oleh Putri Mahkota Elizabeth Mary yang pada hari kematian ayahnya sedang berada di Kenya, Afrika, karena harus berkunjung ke negara bekas jajahan Inggris di Benua Afrika yang sedang bergolak memperjuangkan kemerdekaan penuh dari Kerajaan Inggris. Namun Raja George malah meninggal dunia pada 6 Februari 1952. Sejak hari itu pula Elizabeth mulai menjadi Ratu Elizabeth II yang memimpin Monarki Britania Raya menggantikan bapaknya.

GAGAP KARENA KIDAL

Seperti juga cicitnya Putra Mahkota William, Pangeran Wales, Raja George VI terlahir kidal dimana kala itu hal tersebut dianggap sebagai aib. Sejak kecil Raja dipaksa untuk makan, menulis dan melakukan hal-hal lainnya dengan tangan "manis" alias tangan kanannya. Hal ini menyebabkan George VI tumbuh dewasa sebagai pria canggung yang bicaranya tergagap-gagap. Yang Mulia sampai dipanggilkan guru pribadi khusus untuk melatihnya bicara tanpa jeda yang tidak perlu. Suatu hal yang dicoba ditekuninya namun tidak sepenuhnya berhasil. George VI kemudian menjadi seorang perokok berat yang membuatnya terkena kanker paru-paru kronis menjelang wafatnya.

TANPA INGGRIS DI EROPA

Elizabeth II baru dimahkotai sebagai Ratu Inggris lebih dari setahun kemudian. Tepatnya, 2 Juni 1953. Menlu Haji Agus Salim  mewakili pemerintah RI dalam upacara permahkotaan Ratu Elizabeth II.

Selama masa kepemimpinan Presiden Sukarno, Presiden RI tidak pernah mengunjungi London. Hubungan dengan Inggris memang terpengaruh dengan ketidaksukaan pemerintah Kerajaan Belanda ketika Rombongan kenegaraan dari Indonesia wara-wiri di Benua Eropa dan disambut dengan akrab oleh banyak negara yang mestinya lebih menghormati Belanda yang waktu itu masih ingin memisahkan Irian Barat dari Nusantara.

Tak sampai 2 bulan kemudian, Kabinet Ali-Wongso-Arifinpun (30 Juli 1953) terbentuk dimana KH Zainul Arifin dari Partai NU menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri (Waperdam). Tahun 1956, saat mana KH Zainul Arifin selaku Wakil Ketua MPR ikut dalam rombongan Presiden Sukarno ke AS, Kanada dan Eropa Barat, banyak negara Eropa dikunjungi kecuali Belanda dan Inggris. Rombongan memang membawa misi untuk meminta dukungan agar Irian Barat dapat tetap terintegrasi sebagai bagian dari NKRI.

Tentang Inggris Sukarno pernah berujar, "Aku sudah ke mana-mana kecuali ke London, sekalipun Ratu Inggris sudah dua kali mengundangku untuk berkunjung,” diungkap dalam otobiografinya yang disusun Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

UNDANGAN TERHALANG

Pada 28 Agustus 1961, Ratu Elizabeth II mengundang Sukarno mengadakan kunjungan kenegaraan ke London. Sukarno menyatakan bersedia tandang. Diaturlah rencana kunjungan kenegaraan ke Inggris pada Mei 1962. Pengumuman resmi pun diumumkan. Lagi-lagi Ratu Belanda yang masih kerabat Yang Mulia Ratu Elizabeth II mengritik rencana tersebut.

Sebenarnya, Ratu Elizabeth tidak pernah sampai membatalkan undangan resminya hanya karena ditegur Ratu Belanda. Namun, pada 21 April 1962, Sukarno melayangkan surat permintaan maaf kepada Ratu Elizabeth II. Karena situasi genting di dalam negeri, menyusul serangan Belanda terhadap armada Angkatan Laut Indonesia di Laut Arafuru pada awal tahun. Pada Maret 1962, perundingan yang dimediasi Amerika Serikat macet sehingga Indonesia dan Belanda terancam perang.

Ratu Elizabeth membalas surat Sukarno: “Menteri-menteri saya dan saya sendiri telah siap sedia menyambut kedatangan Yang Mulia, dan untuk memperlihatkan kepada Yang Mulia perihal negara kami, akan tetapi saya percaya bahwa kita akan mempunyai kesempatan untuk ini pada waktu yang lain,” sebagaimana dikutip Ganis Harsono dan dimuat dalam historia.id. Hingga kedua pemimpin wafat rencana itu tidak pernah terwujud.

Requiescat in pace, Her Majesty the Queen Elizabeth II


Friday, November 11, 2022

Kunjungan Kenegaraan Presiden Dewan Negara Polandia Alexander Zawadzki ke Indonesia 1963


Bulan Mei 1962 beberapa minggu setelah terjadi penembakan percobaan pembunuhan terhadap Presiden saat sedang melaksanakan solat Idul Adha yang pelurunya mengenai KH Zainul Arifin, 14 Mei 1962, Presiden Sukarno melakukan kunjungan kenegaraan ke negeri komunis Polandia. Di sana Sukarno diterima Presiden (Ketua Dewan Negara) Polandia Alexander Zawadzki. Kurang dari setahun kemudian, awal 1963, Zawadzki balas berkunjung ke IndonesiaIndonesia dan mengunjungi Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Bali. 

KH Zainul Arifin sebagai Ketua DPR ikut menyambut Presiden Polandia tersebut bersama para pejabat tinggi dan tertinggi negara lainnya. Dalam foto Zainul Arifin tampak menurun berat badannya, karena memang sejak terkena tembakan beberapa bulan sebelum itu, kesehatannya tidak pernah benar-benar pulih. Tidak sampai 3 bulan setelah kunjungan Zawadzki KH Zainul Arifin wafat. Tepatnya, 2 Maret 1963.