Ario Helmy
Presiden Jokowi dalam kunjungan kenegaraan sekaligus pelaksanaan ibadah haji dianugerahi Medali Raja Abdulaziz oleh Raja Salman di Arab Saudi. Medali ini kabarnya mirip dengan medali yang diterima Presiden AS, Barrack Obama.
Sedangkan ketika Presiden Sukarno melakukan lawatan yang sama pada tahun 1955, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer dimana kepala pemerintah dipangku oleh Perdana Menteri.
Pada masa itu yang sedang memerintah adalah Kabinet Ali-Arifin. Namun, karena PM Ali Sastroamijoyo tidak ikut serta, KH Zainul Arifin pun mewakili Kabinet. Di Tanah Suci, selain diterima oleh Raja Saud, Zainul juga beraudiensi ke wakil Perdana Menteri Arab Saudi, Pangeran Faisal. Tentang kegiatan Arifin selama di Tanah Suci pernah saya uraikan dalam tulisan, "Ketika Tetamu Allah Dijamu Raja". Di sini yang ingin saya tuturkan tentang hadiah yang diterima Sukarno sebagai Kepala Negara.
Agaknya pada zaman itu, tradisi di kalangan keluarga kerajaan Arab Saudi adalah memberikan cindera mata berupa barang-barang berharga. Wakil PM Saudi, Pangeran Faisal menghadiahkan sebilah pedang tradisional Arab Saudi, Zambea kepada Zainul Arifin. Berlapis emas! Detilnya bisa dibaca dalam artikel tersebut di atas tadi.
Kepada Presiden Sukarno Raja Saud menghadiahkan sebuah mobil sedan mewah 4 pintu model mutakhir, Chrysler Imperial keluaran 1955. Mobil yang didesain oleh Virgil Exner dan dirakit di Detroit, Michigan, AS ini mesinnya 5,4 L Hemihead V8 berkekuatan 250 HP (209 kw) bertransmisi 2-speed PowerFlite Automatic. Hanya diproduksi sebanyak 7.840 unit saja untuk seluruh dunia. Mobil mewah eksklusif layak untuk raja dan presiden.
Presiden Sukarno sangat menyukai mobil ini dan menjadikannya salah satu mobil kepresidenan bernomor polisi B 9105. Kendaraan tersebut juga menjadi saksi bisu percobaan pembunuhan terhadap Sukarno yang terkenal sebagai, "Peristiwa Cikini" pada 30 November 1957, saat bom meledak di SD Cikini manakala Presiden ingin berkunjung ke sekolah anak-anaknya. Sekarang mobil ini dimuseumkan di Gedung Juang '45. Kita bisa menyaksikan sendiri spatbor kirinya yang cacat dan kaca belakang mobil yang retak.
Adapun pedang zambea yang diterima Zainul Arifin kini masih disimpan di rumah salah satu anaknya.
No comments:
Post a Comment