Bagi saya, pengalaman menunaikan ibadah haji sebagai Wakil Perdana Menteri mendampingi Presiden Sukarno, merupakan catatan sejarah yang sangat penting dalam perjalanan hidup KH Zainul Arifin Pohan. Saya pernah membuat dua tulisan tentang itu. Nyata, ada saja hal baru yang saya temukan berdasarkan riset mengenai naik haji sebagai petinggi negara.
Mutakhir, saya yang sebelumnya mengira hanya beberapa tamu Raja yang ikut masuk ke dalam untuk ikut mencuci Kabah, ternyata menemukan angka hingga ratusan orang ikut masuk. Angka itu saya dapat dari tulisan dalam majalah Tempo terbitan 4 Maret1972 yang mengutip langsung dari Kantor Berita Antara.
Saya membandingkan suasana musim haji tahun 1972 dengan Haji Akbar 1955. Bukan saja keistimewaan Haji Akbar yang meliputi tahun tersebut, namun pada saat yang sama dilaksanakan pula upacara inagurasi pembangunan Majid Nabawi di Madinah hingga tiga kali lebih dari luas sebelumnya. Acara itu dihadiri banyak kepala negara Islam. Dari Raja Hussein (Yordania) hingga Shah Iran Muhammad Reza Pahlevi ikut hadir. Tentu saja setiap tamu VVIP tersebut diiringi anggota rombongan masing-masing. Bisa diprakira jumlah hadirin dalam acara memasuki dan mencuci dinding Baitullah. Ratusan!
Rombongan harus menaiki tangga hingga ketinggian 2 meter dari atas tanah untuk mencapai pintu terbuat dari perpaduan emas murni dengan perak yang disebut Multazam, tempat jamaah haji memulai dan mengakhiri putaran-putaran Thawafnya. Di dalamnya tampak dinding batu berwarna biru dengan ubin marmer setinggi 25 cm. Kabah sendiri tingginya 15 m, dengan lantai sebelah Utara 9,92 m, Barat: 12, 15 m, Selatan: 10,25 m dan Timur: 11,85 m.
Dalam Kabah ditopang ke atap oleh tiga tiang berrongga. Pada tiang-tiang itu digantung penerang dibalut rangka dari emas dan perak. Semua hiasan dalam Kabah terbuat dari emas dan perak. Adapula pintu kecil bertangga menuju atap Baitullah. Dari sanalah para Mukkabir naik dan berdiri di atas atap. Mukkabir adalah orang-orang yang memimpin para jamaah mengucap kalimat-kalimat Talbiyah.
Jamaah biasa bisa merasakan masuk ke dalam Kabah dengan memasuki Hijir Ismail yang dulunya memang bagian dalam Kabah. Di sana jamaah berebutan untuk berdoa di bawah pancuran emas dari atap Baitullah. Di kala hujan turun, air akan berjatuhan menimpa daerah yang menurut riwayat merupakan makam Ismail dan ibundanya, Siti Hajar.
Labaikallahuma labik!
(Ario Helmy)
No comments:
Post a Comment