Oleh: Ario Helmy
Minggu jam 10 pagi, 2 September 2018, di Taman Makam Pahlawan Nasional RI, keluarga besar pahlawan kemerdekaan Indonesia KH Zainul Arifin berziarah untuk berdoa dan melakukan tabur bunga dalam rangka peringatan hari lahir Zainul Arifin ke 109. Acara tersebut memulai rangkaian kegiatan Bulan KH Zainul Arifin (disingkat Kahaza) yang akan berlangsung hingga 23 September yad.
PUTRA SULTAN BARUS
Dalam acara Tabur Bunga tersebut dibacakan riwayat hidup (manaqib) Kahaza yang lahir hari Kamis, 2 September di Barus, Tapanuli Tengah. Ibunya perempuan ningrat Mandailing asal Kota Nopan bernama Siti Baiyah Nasution sedangkan ayahandanya, Sutan Ramali Pohan adalah putra sulung Sultan Barus ke 20, Tuangku Raja Barus Sutan Syahi Alam Pohan.
Zainul menamatkan sekolah dasar Belanda HIS di Sungai Penuh, sebuah kota di kaki gunung Kerinci di Jambi. Selama di sekolah dasar Arifin juga mengaji di surau dan memperdalam pencak silat. Selain itu, dia juga aktif berlatih seni pertunjukan Stambul Bangsawan. Usai sekolah dasar, Zainul Arifin melanjutkan ke sekolah guru Normaal School di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.
Ayahandanya wafat ketika Zainul baru saja menyelesaikan pendidukannya di Normaal School. Dalam usianya yang baru 16 tahun, dia kemudian memutuskan hijrah ke Batavia.
MENGAJI NU
Di Batavia, Arifin sempat bekerja di pemda (gemeente) sebagai juru tulis di perusahaan air minum berkantor di Pejompongan. Zainul Arifin juga sempat menjadi guru SD di Jatinegara dan berkiprah sebagai seniman seni pertunjukkan samrah, sebelum akhirnya bersama-sama Jamaludin Malik masuk sebagai anggota GP Ansor untuk memperdalam mengaji serta mengikuti pelatihan dakwah Ansor. Sesudah menjadi dai untuk kawasan Batavia dan Jawa Barat, diikuti oleh perkenalannya dengan KH Wahid Hasyim, Zainulpun mulai aktif di NU. Sebentar saja dia sudah dipercaya sebagai Ketua Majelis Konsul NU di Batavia.
Wahid Hasyim kemudian menariknya untuk aktif di bidang Pengembangan Politik NU. Zainul Arifin ikut mewakili NU di MIAI dan sesudahnya Masyumi. Di akhir masa pendudukan Jepang, dia ditunjuk sebagai komandan pasukan panglima santri Hizbullah dan terjun langsung di garis depan dalam Pertempuran 10 November 1945. Sesudahnya selama Perang Kemerdekaan 1946 - 1949 Arifin tetap memegang tongkat komando Hizbullah selama Agresi Militer I dan II hingga akhirnya Belanda mengakui kedaulatan RI pada 1950.
DI PARLEMEN DAN DI KABINET
Setelah pengakuan kedaulatan, Zainul Arifin duduk di parlemen sebagai Ketua Seksi Pertahanan di Badan Pejerja (BP) Komite Nasional Indonesia Pusat. Dia aktif sebagai anggota parlemen mewakili NU dalam Fraksi Masyumi hingga akhirnya NU berpisah dari Masyumi dan membentuk Fraksi NU yang diketuainya pada 1952.
Setahun sesudahnya, Zainul duduk sebagai Wakil Perdana Menteri Kabinet Ali Sastroamijoyo I (1953 - 1955) yang sukses menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Setelah kabinet ini bubar, dia kembali ke parlemen hasil Pemilu 1955 sebagai wakil ketua. Tak lama setelah terjadinya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Arifin kemudian diangkat sebagai Ketua DPRGR pada 1960.
Dua tahun sesudahnya, 14 Mei 1962 saat sedang berlangsungnya solat Idul Adha terjadi percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno yang justru melukai Zainul Arifin. Sepuluh bulan lamanya Zainul harus keluar masuk rumah sakit dan tidak pernah bisa benar-benar pulih benar. KH Zainul Arifin wafat pada 2 Maret 1963 dan dimakamkan di Kalibata sebagai Pahlawan Nasional berdasar SK Presiden RI No.35/4 Maret 1963.
BULAN KAHAZA
Memperingati hari kelahiran KH Zainul Arifin yang ke 109 tahun ini, Nooralamsyah Arifin mewakili keluarga besar Kahaza mengungkapkan pelaksanaan Bulan Kahaza berisi agenda kegiatan menginventarisir dokumen-dokumen dan foto-foto bersejarah mengenai Zainul Arifin, menginventarisir perkembangan wakaf Mesjid dan Pesantren Ar-Rahimiyah di Semplak Bogor, serta puncaknya meluncurkan laman KH Zainul Arifin di sosial media dan internet, memperkenalkan Yayasan Zainul Arifin Hamdanah (ZAH) dan soft launching buku Catatan Sejarah dan Percikan Pemikiran KH Zainul Arifin.
"Puncak acaranya Insya Allah akan berlangsung dalam Islamic Expo 2018 di Balai Sidang Jakarta pada 21 - 23 September 2018, akhir bulan ini," Nooralamsyah mengakhiri keterangannya.
No comments:
Post a Comment