Secara kebetulan, bertepatan dengan peringatan tanggal lahir Pahlawan Kemerdekaan Nasional KH Zainul Arifin ke 106, 2 September lalu, KOMPAS memuat pada rubrik Nusantara artikel berjudul, Otonomi Daerah: Memimpikan Kabupaten Barus Raya di halaman 24. Tulisan karya ST Sularto itu mendedah keadaan Barus, kota pesisir pantai di Tapanuli Tengah yang belakangan ramai digadang-gadang menjadi Ibu Kota Kecamatan Kabupaten Barus Raya. Sayangnya, hingga akhir tulisan Sularto merasa tidak menemukan kepantasan kota yang pernah mahsyur mancanegara sejak abad 2 Masehi karena kekayaan kapur Barusnya itu untuk dijadikan sebuah Ibu Kota Kabupaten yang "Raya". Sejarah panjang pelabuhan antarbangsa yang mempertemukan pelbagai suku bangsa dunia dekat dan jauh dalam aktivitas perdagangan itu tidak ada museumnya, bak dongeng rakyat tak terbukukan.
Padahal, dalam suatu kesempatan beraudiensi di kamar pribadi Presiden RI ke 4, Abdurrahman Wahid, saya sempat dipetuahi agar berbangga hati memiliki kakek yang lahir di salah satu gerbang terpenting masuknya Islam ke Nusantara. Gus Dur menyinggung para arkeolog Prancis melakukan penggalian besar-besaran di tanah kelahiran Zainul Arifin.
Namun Sularto mewartakan situs-situs kuno yang jauh dari rawatan. Peneliti negeri sendiri juga belum merambah kawasan ini dengan serius. Kegiatan ekonominyapun jalan di tempat, kegiatan industri perikanannya megap-megap.
Padahal dari seorang pemilik losmen kelas Melati yang saya kenal dalam suatu acara makan siang dengan Parpoda, organisasi kekerabatan marga Pohan, saya mendengar kalau Rumah Putih Kesultanan Barus dimana kakek Zainul Arifin pernah memerintah sudah musnah ditelan banjir. Sedangkan lokasinya dulu persis di sebelah losmen yang di kelolanya.
Saya lalu mengkhayal bakal ada Papan Nama memasuki kota bertuliskan: Selamat Datang di Kota Barus, Kota Kelahiran Pahlawan Kemerdekaan Nasional KH ZAINUL ARIFIN POHAN. Sedangkan di Museum Barus terdapat Pojok Kahaza Pohan menampilkan sejarah Pahlawan Nasional Putra Barus tersebut berupa display foto-foto dan memorabilia lainnya. Mungkinkah? Bagaimana ya menyampaikan ke Ibu Bupati Hj. Ernawati Pohan?
No comments:
Post a Comment