Ario Helmy
Bulan September 2019 ini merupakan Bulan Kahaza, akronim dari KH Zainul Arifin yang lahir di Titik Nol Islam Nusantara, Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara hari Kamis Pon, 2 September 1909 atau 16 Syaban 1327 H.
Wakil Perdana Menteri dari Partai NU dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I yang terkenal sukses menyelenggara Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 ini kemudian menjadi politisi yang sangat dekat dengan Presiden Sukarno.
Setelah Kabinet Ali Pertama bubarpun Sukarno selalu menyerta Zainul Arifin dalam rombongan kecil kenegaraan mengunjungi negara-negara di lima benua membawa misi perdamaian senyampang memaparkan Deklarasi Bandung 1955 cikal bakal terbentuknya negara non-blok. Tulisan ini dibuat sebagai catatan sejarah KH Zainul Arifin dalam menjalankan perannya sebagai diplomat.
KUNJUNGAN PENTING
Kantor Berita Ceko menerbitkan rekaman film kunjungan bersejarah Sukarno ke negara Eropa Timur yang waktu itu masih bersatu sebagai negeri Cekoslowakia pada tahun 1956.
Kala itu, meski sudah memiliki perwakilan tidak resmi di Ibu Kota Praha sejak 1948 dan dua tahun setelahnya Cekoslowakia resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia (Serikat) berdasar hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag, namun pada 7 Maret 1950 dibuka perwakilan negeri komunis itu di Jakarta baru dalam bentuk Konsulat Jenderal.
Makanya, Sukarno langsung memenuhi undangan Presiden Antonin Zapotocky dengan membawa serta sejumlah kecil tokoh politik Indonesia yang paling dekat dengannya berkunjung secara resmi ke Praha pada 22 September 1956. Kiai Zainul Arifin sendiri ikut dalam rombongan Presiden selaku Wakil Ketua DPR.
Sambutan rakyat Cekoslowakia sangat gegap gempita terhadap Sukarno dan rombongan. Presiden di daulat untuk memberikan pidato di depan ribuan rakyat Cekoslowakia.
Dalam film dokumenter tampak pula Zainul Arifin menyaksikan pemberian gelar doktor Honoris Causa kepada Sukarno dari Charles University serta penyematan medali kehormatan tertinggi negara Singa Putih dari Presiden Zapotocky.
JEMBATAN PERSAHABATAN
Setahun setelah kunjungan persahabatan bersejarah tersebut Konsulat Jenderal Cekoslowakia ditingkatkan statusnya sebagai Kedutaan Besar. Sedangkan untuk Praha, Presiden Sukarno mengutus RA Asmaoen, SH sebagai duta besar Republik Indonesia pertama untuk Cekoslowakia. Hubungan diplomatis antara kedua negarapun dimulailah.
No comments:
Post a Comment