Biografi KH Zainul Arifin, "Berdzikir Menyiasati Angin" oleh: Ario Helmy telah diluncurkan pada 25 November 2009 di Flores Ballroom, Hotel Borobudur, Jakarta. Sedangkan Edisi Revisi Biografi KH Zainul Arifin: PANGLIMA SANTRI, IKHLAS MEMBANGUN NEGERI telah diterbitkan oleh Pustaka Compass pada tahun 2015.
Total Pageviews
Tuesday, August 31, 2021
TABRAKAN DI DEPAN TJANANG
Monday, August 30, 2021
Menyongsong Peringatan Harlah KH Zainul Arifin ke 112 (2 September 2021) PAHLAWAN KEHILANGAN TANDA JASA
Saturday, August 28, 2021
PANAS DINGIN DI MASJID BIRU
(Ario Helmy)
Menyongsong bulan KH Zainul Arifin (Kahaza) beberapa hari lagi, bertepatan dengan peringatan hari lahir Kahaza ke 112 pada 2 September 2021, kerabat dari Kerukunan Keluarga Besar Sutan Syahi Alam Pohan (KKBSSAP) membagikan foto-foto perjalanan mereka mengunjungi Masjid Biru Soekarno di kota Saint Petersburg, Rusia, yang pernah dikunjungi Kahaza dan Presiden Soekarno pada 1956. Asye Amir Hamzah dan Deddy Zulbadri berkesempatan berkunjung ke Saint Petersburg selang dua tahun dalam musim berbeda.
PANAS DAN DINGIN
Kalau Asye Amir Hamzah yang kemenakan KH Zainul Arifin, mengunjungi Masjid Sukarno di musim panas, Deddy Zulbadri dan istrinya Yuli yang merupakan cucu kemenakan menapak tilas ke sana pada musim dingin. Mereka sama-sama mengagumi kemegahan dan keindahan Masjid Agung kota Saint Peter itu.
"Saya menyempatkan diri mengunjungi Masjid Biru sekira 2 tahun lalu. Musim panas," cerita Asye, "Sungguh pengalaman yang sangat berharga bisa menapak tilas ke sana."
Deddy dan istrinya Yuliani Siswohartono (Yuli) berkunjung ke Masjid Sukarno 2 tahun sebelumnya, tahun 2017.
"Setelah berkeliling Kota Moscow, kami menyempatkan diri ke Saint Petersburg dan menyambangi Masjid Biru Sukarno, " kenang Yuli, "Sayang waktu itu Masjid sedang ditutup sementara karena sedang direnovasi. Jadi kami tidak bisa masuk dan solat di dalamnya."
"Bagaimanapun sebagai sesama keturunan Sutan Syahi Alam Pohan dari Barus, kamipun merasa sangat bangga bisa menyaksikan sendiri Masjid Agung yang pernah didatangi Presiden Sukarno dan Angku Zainul Arifin. " Deddy menambahkan.
Thursday, August 26, 2021
ANTARA WASHINGTON DC DAN LENINGRAD (2 - HABIS)
Tuesday, August 24, 2021
ANTARA WASHINGTON DC DAN LENINGRAD (1)
Wednesday, August 18, 2021
KH Zainul Arifin Ikut Langlang Buana Dengan Sukarno
Monday, August 16, 2021
Lomba Mirip Pahlawan
Saturday, August 14, 2021
KH ZAINUL ARIFIN & NAHDLATUL ULAMA(2)
Friday, August 13, 2021
KH ZAINUL ARIFIN & NAHDLATUL ULAMA(1)
Thursday, August 12, 2021
110 Tahun KH Zainul Arifin: Berkunjung ke Cekoslowakia bersama Presiden Soekarno
Ario Helmy
Bulan September 2019 ini merupakan Bulan Kahaza, akronim dari KH Zainul Arifin yang lahir di Titik Nol Islam Nusantara, Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara hari Kamis Pon, 2 September 1909 atau 16 Syaban 1327 H.
Wakil Perdana Menteri dari Partai NU dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I yang terkenal sukses menyelenggara Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 ini kemudian menjadi politisi yang sangat dekat dengan Presiden Sukarno.
Setelah Kabinet Ali Pertama bubarpun Sukarno selalu menyerta Zainul Arifin dalam rombongan kecil kenegaraan mengunjungi negara-negara di lima benua membawa misi perdamaian senyampang memaparkan Deklarasi Bandung 1955 cikal bakal terbentuknya negara non-blok. Tulisan ini dibuat sebagai catatan sejarah KH Zainul Arifin dalam menjalankan perannya sebagai diplomat.
KUNJUNGAN PENTING
Kantor Berita Ceko menerbitkan rekaman film kunjungan bersejarah Sukarno ke negara Eropa Timur yang waktu itu masih bersatu sebagai negeri Cekoslowakia pada tahun 1956.
Kala itu, meski sudah memiliki perwakilan tidak resmi di Ibu Kota Praha sejak 1948 dan dua tahun setelahnya Cekoslowakia resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia (Serikat) berdasar hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag, namun pada 7 Maret 1950 dibuka perwakilan negeri komunis itu di Jakarta baru dalam bentuk Konsulat Jenderal.
Makanya, Sukarno langsung memenuhi undangan Presiden Antonin Zapotocky dengan membawa serta sejumlah kecil tokoh politik Indonesia yang paling dekat dengannya berkunjung secara resmi ke Praha pada 22 September 1956. Kiai Zainul Arifin sendiri ikut dalam rombongan Presiden selaku Wakil Ketua DPR.
Sambutan rakyat Cekoslowakia sangat gegap gempita terhadap Sukarno dan rombongan. Presiden di daulat untuk memberikan pidato di depan ribuan rakyat Cekoslowakia.
Dalam film dokumenter tampak pula Zainul Arifin menyaksikan pemberian gelar doktor Honoris Causa kepada Sukarno dari Charles University serta penyematan medali kehormatan tertinggi negara Singa Putih dari Presiden Zapotocky.
JEMBATAN PERSAHABATAN
Setahun setelah kunjungan persahabatan bersejarah tersebut Konsulat Jenderal Cekoslowakia ditingkatkan statusnya sebagai Kedutaan Besar. Sedangkan untuk Praha, Presiden Sukarno mengutus RA Asmaoen, SH sebagai duta besar Republik Indonesia pertama untuk Cekoslowakia. Hubungan diplomatis antara kedua negarapun dimulailah.
Tuesday, August 10, 2021
Kerukunan Keluarga Besar Sutan Syahi Alam Pohan (KKBSSAP)
Dari Status Facebook Meltas Panjelin
Monday, August 9, 2021
KH ZAINUL ARIFIN DAĹAM KATA-KATA (Zaman Pendudukan Jepang)
Sunday, August 8, 2021
DARI PBB KE BUNDARAN HI
5 Agustus 2021 merupakan hari peringatan diresmikannya hotel termegah di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara pada zamannya, Hotel Indonesia, yang ke 59 tahun. Hotel bersejarah terletak di jantung kota Jakarta, bundaran HI itu sengaja dibangun untuk memfasilitasi pesta olahraga Asian Games 1962 sekaligus menunjukkan pada dunia kalau Indonesia mampu melaksanakan event olahraga internasional bertaraf global.
OLEH-OLEH DARI PBB
KH Zainul Arifin saat menyertai Presiden Sukarno ke Kantor Pusat PBB di New York pada 1960 sempat menyaksikan kekaguman Sukarno akan rancang bangun gedung megah rancangan arsitek Abel Sorensen. Presiden kemudian mengundang Sorensen dan istrinya yang juga perancang bangunan Wendy untuk mendesain hotel berbintang pertama Indonesia sekaligus termegah di Asia Tenggara di atas tanah berukuran 25.85 meter.
Selama dua tahun hotel 16 lantai berkapasitas 500 kamar tersebut dibangun dengan menuangkan konsep dasar dari Presiden berslogan "A Dramatic Symbol of Free Nations Working Together". Konsep itu terkait erat dengan program politik nasional berlabel Trisakti.
KEPRIBADIAN INDONESIA
Pada upacara peresm⅖ian Hotel Indonesia, 5 Augustus 1962, KH Zainul Arifin didampingi Nyai Hamdanah Abdurrahim tampak duduk di deretan bangku paling depan VVIP selalu Ketua DPR seraya menyimak pidato Sukarno bertajuk, "Tunjukkanlah Kepribadian Bangsa".
Dibagian depan dinding hotel terukir relief kehidupan tradisional masyarakat Bali seluas 68 meter dikerjakan oleh 53 seniman. Hingga kini karya seni ini tetap terjaga keindahan pahatannya.
Sebagai bangunan bersejarah, Hotel Indonesia memiliki Heritage Room yang masih menyimpan memorabilia peresmiannya. Didalamnya dapat disaksikan gunting asli digunakan Presiden kala acara pengguntingan pita peresmian. Juga ada peranti makan yang digunakan dalam acara jamuan. Foto KH Zainul Arifin beserta istri sedang mendengarkan Presiden Sukarno masih terawat rapi dalam ruangan ini.
Wednesday, August 4, 2021
Waperdam KH Zainul Arifin dan Presiden Sukarno Berangkat Haji (1)
Tiga bulan seusai berlangsungnya Konferensi Asia- Afrika di Bandung bulan April 1955, KH Zainul Arifin dalam kapasitasnya sebagai Wakil Perdana Menteri (Waperdam) pemerintah Kabinet Ali-Arifin mendampingi kepala negara Presiden Sukarno melakukan kunjungan kenegaraan ke beberapa negara di kawasan Asia (Singapura, Thailand, India, dan Pakistan), Jazirah Arab (Persatuan Arab Emirates dan Irak) serta Mesir di Afrika dan mengakhirinya dengan menjadi tamu negara Kerajaan Saudi sekaligus melaksanakan ibadah haji untuk pertama dan terakhir kalinya.
Ikut dalam rombongan berjumlah 31 orang itu beberapa pejabat negara diantaranya: Menteri Agama KH Masykur, Ruslan Abdulgani, Achmad Subarjo dan para ajudan serta pengawal presiden dan wartawan.
Menyongsong peringatan kelahiran KH Zainul Arifin ke 111, akan dibahas rinci catatan perjalanan kenegaraan yang berlangsung selama 18 Juli - 4 Agustus 1955 itu dalam dua bagian tulisan. Bagian pertama mengupas kisah kunjungan bersejarah rombongan ke Mesir, sedangkan bagian lainnya menguraikan jadwal kegiatan Presiden Sukarno ketika menunaikan ibadah haji akbar di Tanah Suci.
Mampir ke Singapura hingga Irak
Rombongan berangkat meninggalkan bandara Kemayoran pada 18 Juli menggunakan pesawat Garuda G-40 menuju Singapura. Di negeri jiran tersebut Presiden dan rombongan menemui masyarakat Indonesia yang tinggal di sana. Selanjutnya kunjungan non-formal di Bangkok. Sedangkan di New Delhi India, kunjungan agak lebih formal dengan Perdana Menteri Jawarhal Nehru menyambut Sukarno di Bandara didampingi dubes Indonesia untuk India, LN Palar.
Tidak berlama-lama perjalanan langsung berlanjut berturut-turut singgah di Karachi, Pakistan, kemudian Sharjah di Persatuan Arab Emirates dan Baghdad, Irak. Tidak banyak ditemukan rincian kunjungan ke negara-negara tersebut selain keterangan bahwa perjalanan pesawat kala itu memang harus terputus-putus sedemikian rupa. Memerlukan 2 hari sebelum rombongan mendarat di Kairo, Mesir.
Menginap di Istana Raja
Tanggal 20 Juli 1955, Presiden Sukarno beserta rombongan tibalah di Kairo, Mesir dan kunjungan kenegaraan berlangsung sampai 5 hari lamanya. Sambutan resmi di bandara secara militer dipimpin langsung oleh Presiden Mesir, Abdul Gamal Nasser. Sedangkan KH Zainul Arifin diterima resmi oleh mitranya Waperdam Mesir, Gamal Salim. Surat kabar Mesir Al-Ahram melaporkan sambutan yang gegap gempita dari rakyat Mesir yang mengelu-elukan Sukarno sepanjang perjalanan dari bandara menuju tempat menginap rombongan di Istana Kerajaan Mesir Koubbeh yang sangat megah dan indah.
"Seolah seluruh rakyat Mesir keluar rumah menyambut kedatangan Presiden Indonesia. Sepanjang jalan yang dilalui Presiden Soekarno dipenuhi rakyat segala umur", tulis koran Al-Ahram. Keesokan harinya, tetamu negara dari Indonesia dibawa mengunjungi Museum Nasional Mesir, melihat mumi para Firaun dilanjutkan dengan lawatan ke piramida. Hari ketiga, Jumat, 22 Juli 1955, saat Presiden Sukarno dan anggota-anggota rombongan lainnya solat Jumat di Masjid Agung Kairo, jamaah masjid mendoakan para tamu negara asal Indonesia yang sedang dalam perjalanan ke Tanah Suci guna melaksanakan ibadah haji.
Acara kemudian dilanjutkan dengan menaiki kapal menyusuri Sungai Nil hingga ke Delda Barrages. Malamnya, Presiden Sukarno beserta rombongan menghadiri Perayaan Hari Kemenangan Nasional di kawasan Jumhuriah Square. Sukarno lantas didaulat untuk berpidato di depan rakyat Mesir yang membanjiri perayaan, disambut oleh pidato kenegaraan Presiden Gamal Abdul Nasser.
Dalam kesempatan itu pula, Waperdam Zainul Arifin mengundang Waperdam Gamal Salim untuk menghadiri dan menjadi Tamu Kehormatan Negara dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 10 di Jakarta.
Koran berbahasa Belanda Het nieuwsblad voor Sumatra, 25-07-1955 menulis: 'Wakil Perdana Menteri Mesir diundang (Wakil Perdana Menteri Zainul Arifin ) sebagai tamu negara dari Pemerintah Indonesia untuk menghadiri 17 Agustus di Jakarta. (Gamal Salim) akan tinggal di Indonesia dua minggu dimana Mesir juga akan berpartisipasi dalam pameran perdagangan internasional ketiga di Jakarta yang akan dibuka 18 Agustus sekaligus untuk mengkonsolidasikan hubungan perdagangan antara Mesir dan Indonesia’."
Ketika beberapa minggu kemudian Gamal Salim melakukan kunjungan ke Indonesia, KH Zainul Arifin sendiri menyambutnya di Kemayoran dan membawa tamu negara tersebut menemui Sukarno di Istana Bogor.
Bintang Nisyah
Hari terakhir di Mesir, dipandu oleh Letkol Anwar Sadat para tamu negara dibawa berwisata ke daerah Alexandria di pesisir laut Mediterania. Dari sana, rombongan Presiden RI kemudian dijamu pertunjukan demonstrasi kekuatan Pasukan Angkatan Bersenjata Mesir di lapangan El Jumhuria.
Selanjutnya, Presiden Gamal Abdul Nasser menganugerahi Sukarno dan KH Zainul Arifin bintang kehormatan Republik Mesir, Bintang Nisyah. Sedangkan, sebagaimana dilaporkan harian Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 25-07-1955: Ulama Besar dan Rektor Universitas Al Azhar menghadiahi Presiden dan Waperdam RI salinan Quran langka yang dicetak di atas kertas linen. Rektor Al Azhar juga mengantar rombongan menuju bandara dan melepas tetamu negara berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji.