Total Pageviews

Saturday, December 15, 2018

Catatan Tragis Presiden Cina



Oleh: Ario Helmy

Selama setengah bulan dari 30 September hingga 14 Oktober 1956 KH Zainul Arifin dan istri, Nyai Hamdanah Arifin ikut serta dalam rombongan Presiden Sukarno melakukan kunjungan kenegaraan ke Cina. Rombongan disambut dengan upacara megah sejak ketibaan di Bandar Udara. Kunjungan juga padat berisi acara tinjauan ke tempat bersejarah dan proyek pembangunan yang memang sedang gencar dilakukan pemerintah Cina.LADIES PROGRAM
Karena kali itu anggota rombongan kecil Presiden Sukarno didampingi istri masing-masing, ibu-ibu pejabat dari Indonesia dibuatkan acara tersendiri yang langsung di koordinir oleh Jian Qing, istri keempat Mao Zhedong yang sebelumnya adalah seorang artis terkenal China.
"Istri Mao cantik dan sangat ramah," kenang Nyai Hamdanah kepada keluarga suatu ketika, "Rakyatnya sangat mencintainya."
Setelah acara audiensi di Istana Terlarang di Beijing, rombongan istri tamu negara dibawa berkunjung ke sekolah, pabrik tekstil modern serta pembangunan dam pembangkit listrik tenaga air.
REHABILITASI PRESIDEN
Dalam foto yang masih tersimpan dalam koleksi keluarga, tampak Nyai Hamdanah Arifin sedang bersalaman dengan orang ketiga di Cina saat itu (setelah Ketua Mao dan Perdana Menteri Zhou En Lai), Liu Shoqi. Dikemudian hari Liu menjabat sebagai Presiden serta disiapkan oleh Mao sendiri sebagai calon penggantinya.
Namun pada tahun 1960-an Shoqi mulai bersimpang jalan dengan Mao Zhedong, bahkan terang-terangan menentangnya. Pada 1968, dia mulai menghilang dari publik Cina dan dicap sebagai pengkhianat bangsa. Liu meninggal karena perlakuan buruk pemerintah pada 12 November 1969. Tetapi, pada tahun 1980 pemerintahan Deng Xiaoping merehabilitasi namanya dan memberikan penghormatan kenegaraan anumerta baginya.


No comments: