Total Pageviews

Saturday, July 31, 2021

WAPERDAM KH ZAINUL ARIFIN DAN PRESIDEN SUKARNO IKUT UPACARA INAGURASI MASJID NABAWI

Oleh: Ario Helmy 

Rombongan Tamu Negara dan Haji dari Indonesia, Presiden Sukarno di dampingi Wakil Perdana Menteri KH Zainul Arifin diberi kehormatan oleh Raja Saud di Arab Saudi untuk ikut melakukan upacara inagurasi selesainya pemugaran Masjid Nabawi di Madinah pada akhir Juli 1955.

DIBANGUN NABI

Masjid Nabawi dibangun sendiri oleh Muhammad saw dibantu para sahabat dan kaum Muslimin lainnya setelah Rasullullah hijrah dari Makkah ke Madinah. Lokasi Masjid sangat bersejarah karena di tempat itulah unta tunggangan Nabi menghentikan tempat penjemuran buah kurma milik kakak beradik anak yatim  Sahl dan Suhail bin ‘Amr. Muhammad saw kemudian membelinya untuk keperluan pembangunan Masjid dan tempat tinggal. 

Masjid Nabawi pada awalnya hanya berukuran sekira 50 m × 50 m, dengan tinggi atap sekira 3,5 m. Dindingnya dari campuran batu bata Dan tanah, sementara atapnya dari daun kurma serta berpenopang tiang. Sebagian stop dibiar terbuka. Dalam sembilan tahun pertama, penerangan masjid berasal dari jerami yang dibakar. 

TERUS DIPUGAR

Dari sejak zaman Nabi hingga masa modern, Masjid Nabawi terus mengalami pemugaran. Adapun pemugaran besar-besaran terjadi di masa pemerintahan Raja Saud, dimulai pada tahun 1952 dan diresmikan penyelesaiannya pada 1955 seturut datangnya rombongan tamu Negara dari Indonesia dipimpin Presiden Sukarno. 

Di zaman Nabi, dua orang sahabat, Umar dan Usman pernah melakukan pemugaran Masjid. Kemudian beberapa kali pula Masjid dihias dan diperluas sebelum berdirinya Kerajaan Bani Saud, Arab Saudi yang kini memerintah dan menjaga kedua Masjid di Haram dan Nabawi itu. 

Di masa pemerintahan Raja Saud itulah, pemugaran Masjid Nabawi secara besar-besaran dilakukan. Luas nya dikembangkan hingga 16.327 m2 dari sebelumnya 10.303 m2. Perluasan hingga 58.5%. Juga ditambahkan 4 menara baru. Biaya pengembangan seluruhnya mencapai angka sedikitnya 50 juta Riyal. 

Dalam biografinya, mantan Menteri agama KH Masykur (Ditulis oleh Soebagyo I.N.) menceritakan bagaimana pentingnya upacara inagurasi Masjid Nabawi itu, hingga menimbulkan keharuan men dalam bagi Presiden Sukarno, Waperdam KH Zainul Arifin dan seluruhnya anggota rombongan lainnya. Bagi pemerintah Indonesia, negara yang penduduk muslimnya terbanyak di dunia ini, penghormatan yang diberikan Pemerintah Arab Saudi itu benar-benar tak terlupakan.perjalanannya. Sebelumnya tempat itu merupakan area 

Sunday, July 25, 2021

Mas Anam dan Tulisan tentang KH Zainul Arifin


Oleh: Abdullah Zuma

Selama saya dibimbing menulis oleh Mas A Khoirul Anam, tak pernah sama sekali mendapat apresiasi yang bagus. Lebih sering koreksi dan omelan. 

Omelannya memang dengan suara rendah. Tapi intonasi dan pilihan katanya menunjukkan dia editor ketat. Jangankan tulisan berlogika kacau, beberapa salah ketik pun, saya harus memperbaikinya. 

Mas Anam hanya sekali mengapresiasi tulisan saya. Hanya sekali dan tak akan pernah lagi. Itu pun bukan karena cara menulis yang apik, tapi lebih karena mengungkap tertembaknya KH Zainul Arifin pada peristiwa Idul Adha berdarah tahun 1962.

Waktu itu, sumber bacaan saya adalah buku "Berzikir Menyiasati Angin" karya Ario Helmy, cucu KH Zainul Arifin. 

Tulisan itu dimuat NU Online pada 2016. Saya muat ulang di NU Jabar Online tahun ini.

Thursday, July 22, 2021

SUKARNO BICARA TENTANG PERISTIWA PENEMBAKAN IDUL ADHA 14 MEI 1962

 
Oleh: Ario Helmy

Saat Sukarno berpidato di Istora Senayan, Jakarta pada 21 Desember 1965,  diungkap bagaimana dirinya mengalami percobaan pembunuhan sampai sebanyak empat kali. Satu percobaan pembunuhan yang secara khusus disinggung Sukarno dalam pidatonya itu adalah peristiwa tragedi sholat Idul Adha yang berlangsung 14 Mei 1962 di halaman rumput antara Istana Negara dan Istana Merdeka. 

KENA PELURU NYASAR

Pagi itu Sukarno bersembahyang di saf terdepan bersama-sama beberapa pejabat tinggi dan tertinggi Negara termasuk Ketua DPR KH Zainul Arifin. 

Usai ruku' di rakaat dua, senyampang imam sholat Ketua PBNU ketika itu, KH Idham Chalid hendak bertakbirratul ihram, terdengar beberapa tembakan peluru dari arah jamaah di saf keempat. Seketika suasana sempat berubah menjadi kepanikan. Seturut para petugas pasukan kawal presiden melakukan upaya penyelamatan kepala negara, KH Zainul Arifin malah tersungkur ke atas sajadah dengan dada berlumur darah  berasal dari bahu kirinya yang terkena serempetan peluru. 

"Syukur alhamdullilah, saya dalam semua peristiwa itu dilindungi oleh Tuhan. Kalau tidak, tentu saya sudah mati terbunuh. Dan mungkin, akan saudara namakan tragedi nasional," ucap Soekarno dalam pidatonya di Istora Senayan tersebut.

BERTAHAN SEPULUH BULAN

Presiden pertama RI selamat dari percobaan pembunuhan di tempat terbuka itu, namun KH Zainul Arifin sejak itu harus keluar masuk rumah sakit karena kesehatannya yang jadi terganggu. 

Sepuluh bulan sesudahnya, 2 Maret 1963, Zainul Arifin wafat hanya seminggu setelah Idul Fitri 1382 H. Ketika Presiden Sukarno datang melayat ke rumah duka di Jl. Cikini Raya 48, Menteng, Jakarta Pusat, Hamdanah Abdurrahim janda Zainul Arifin menangis di dada Presiden mengucap, "Suami saya tidak pernah sembuh lagi sejak kena tembakan di lapangan Istana."

Sukarno menengadahkan mukanya senyampang menahan keharuan dari balik kacamata hitamnya. 

(Foto-Foto: Pelepasan jenazah KH Zainul Arifin dari rumah duka di Jl. Cikini Raya 48, Menteng, Jakarta Pusat dan Persian Upacara pemakaman di TMPN Kalibata, Jakarta Selatan)

Wednesday, July 14, 2021

Mengenang Mohammad Alimudin Pohan

MOCHAMMAD ALIMUDIN: Anak Blok Barat dan Blok Timur

Ario Helmy 

Paman dari fihak Ibu yang hanya 6 tahun lebih tua dariku itu telah wafat. 

Mochammad Alimudin, atau biasa dipanggil para keponakannya Om Mamay,  putra Anggut (kakek) KH Zainul Arifin yang kelahirannya di Jakarta, 27 Juli 1956 mengandung riwayat menarik sejalan dengan perjalanan hidup Anggut. 

LAHIR PULANG JALAN-JALAN

Waktu Om Mamay lahir, Anggut baru beberapa hari kembali dari lawatan ke AS dan Eropa Barat mengikuti rombongan kenegaraan Presiden Sukarno. Perjalanan muhibah selama hampir 2 bulan itu meliputi: AS, Kanada,   Italia, Tahta Suci Vatikan, Jerman dan Swiss. 

Kunjungan terlama di AS  menghabiskan 19 hari. Rombongan kenegaraan menjelajahi Amerika Utara dari "coast to coast". Kunjungan dimulai pada 16 Mei dan berakhir 3 Juni 1956. Dari AS perjalanan berturut-turut mampir ke Kanada, Italia, Vatikan, Jerman dan Swiss. Di Swiss, Anggut menyempatkan bertemu dengan putra sulungnya BS Arifin atau yang sedang menyelesaikan S3 nya di negeri coklat dan Yodeling itu. Unik, waktu Om Mamay lahir Om Bai sebagai Uda (kakak) tertua, sudah berusia 29 tahun! Adapun mengenai negara Swiss, di kemudian hari Om Bai diutus sebagai Duta Besar RI untuk Swiss, sedangkan Om Mamay sendiri pernah ditempatkan di Perwakilan RI di Jenewa. 

Tiba kembali di Jakarta, beberapa Minggu kemudian Om Mamay lahir. 

LANJUT KE BLOK TIMUR

Sekira Om Mamay umur sebulanan, Presiden RI pertama Bung Karno punya hajat mengunjungi negara-negara Blok Timur. Perjalanan berlangsung hampir 3 bulan lamanya dari 26 Augustus hingga 16 Oktober 1956. Anggut pun termasuk dalam entourage yang mengunjungi: Uni Soviet, Yugoslavia, Austria, Cekoslowakia, Mongolia dan berakhir di Cina. Kunjungan terlama di Uni Soviet menghabiskan sampai 9 hari lamanya.  Terakhir rombongan di terima Mao Zhedong di Tiongkok. 

Tahun kelahiran Mochammad Alimudin 1956 tersebut memang tahun sibuk bagi Anggut yang Kala itu menjabat sebagai Anggota Majelis Konstituante dan Wakil Ketua DPR hasil Pemilu 1955. Menindaklanjuti Konperensi Asia Afrika 1955, Sukarno sedang getol menyampaikan pandangan-pandangan Non-Bloknya ke negara-negara di Kubu AS dan Uni Soviet. 

Al Fatihah untuk Om Mamay.

Sunday, July 4, 2021

KH ZAINUL ARIFIN DAN LENONG BETAWI

Memperingati hari lahir Kota Jakarta ke 493 pada 22 Juni 2020 ini saya ingin berbagi kisah tentang keterlibatan Pahlawan Kemerdekaan Nasional RI KH Zainul Arifin dalam perannya ikut mengembangkan seni tradisional Betawi yang kini dikenal sebagai Lenong Betawi. Berangkat dari pengalamannya ikut serta dalam rombongan kesenian tradisional Melayu, Stambul Bangsawan ketika masih tinggal di Kerinci, Jambi, begitu tiba di Betawi pada 1926, Zainul Arifin segera saja mendirikan grup kesenian serupa, Samrah. Keseriusannya menekuni kesenian yang di tanah Batavia dinama Samrah dan kemudian Lenong itu membuatnya terkenal ke seantero Betawi. Kelak ketika akhirnya Zainul beralih profesi menjadi da'i muda, generasi muda Batavia dan bahkan Jawa Barat dan Banten lebih mudah menerimanya. Begitu pula dengan para Kiai NU.

TONIL ZAINUL

Zainul Arifin tiba di Batavia dan mulai bekerja di Gemeente atau Pemda Kolonial pada 1926. Pada saat itu dunia teater atau kala itu disebut sandiwara (toneel, bahasa Belandanya) baru mulai trendi di kalangan masyarakat.

"Ayah sering bercerita tentang pengalamannya main Samrah sampai dipanggil untuk pentas ke mana-mana. Grupnya bernama Tonil Zainul. Masyarakat Betawi mengucapkannya Tonil Jenul," tutur Siti Zuhara, salah satu putrinya.

"Waktu saya kecil dan kami masih tinggal di Bukit Duri Tanjakan, Ayah sering dipanggil-panggil tetangga-tetangga. Tuan Jenul... tuan Jenul."

Samrah, berasal dari kosa kata Arab samarakh yang bermakna berkumpul santai, pada masa awal perkembangannya memang merupakan hiburan yang tak ada tandingannya. Sebagai cikal bakal tumbuh kembang lenong yang mulai populer pada 1920an, samrah memberi pengaruh kuat ke dalam seni bermain lenong. Artis-artisnya menjadi idola masyarakat luas. Zainul Arifin sendiri selain sebagai pengatur laku, juga bermain biola dan ikut pula menjadi pemain.

Biasanya mereka dipanggil sebagai bagian dari acara hajatan tokoh-tokoh tuan tanah, saudagar kaya dan alim ulama. Selain bayarannya mahal Lenong Denes mengenakan busana dan rias wajah kerajaan Timur Tengah yang mewah serta menyuguhkan kisah-kisah 1001 Malam. Sedangkan Lenong Preman berpenampilan seadanya dengan cerita-cerita diangkat dari peristiwa kehidupan rakyat jelata sehari-hari.

Namun keduanya sama-sama beratraksi di atas tanah lapang tanpa panggung serta alur ceritanya bisa berkembang hingga dini hari. Selain itu, kedua jenis lenong hanya menampilkan artis musik dan peran berjenis kelamin lelaki. Perempuan masih diharamkan untuk tampil di arena hiburan yang ditonton banyak orang.

Kesuksesan Zainul Arifin di panggung samrah, sebagaimana disinggung KH Saifuddin Zuhri dalam otobiografinya, "Guruku Orang Pesantren", membuat Arifin dikenal sebagai dai muda yang senang berkendara motor gede, Harley Davidson.

MAKE UP GERILYA

"Ayah menguasai seni rias wajah lenong untuk dirinya sendiri. Dia memanfaatkan keahlian itu saat harus ikut bergerilya di gunung dan hutan di Jawa Tengah di bawah komando Jenderal Sudirman. Untuk menghindari ditangkap Belanda Ayah merubah wajah dan gaya bicaranya. Sebagai pemegang komando Laskar Hizbullah, Ayah selalu berhasil lolos dari pemeriksaan Belanda," kenang Zuhara lebih lanjut.

Lewat kegiatan bersamrah inilah Zainul Arifin berkenalan dengan seniman Samrah asal Sumatera Barat Djamaluddin Malik. Persahabatan keduanya berlanjut hingga ke saat Lenong Denes mulai berkembang menjadi seni teater modern dari Barat yang masuk ke Batavia sekira 1925. Djamaluddin Malik melanjutkan kiprahnya sebagai orang teater dan di kemudian hari selaku petintis perfilman Indonesia.

Sementara sejarah kemudian mencatat, Zainul Arifin memasuki Ansor sekira 1930 dan berubah haluan menjadi seorang da'i. Pergaulannya sudah telanjur luas baik di kalangan alim ulama maupun saudagar di Batavia lewat Lenong Betawi. Dalam waktu singkat KH Zainul Arifin menjadi Ketua Majelis Konsul NU untuk Batavia dan Jawa Barat.