Total Pageviews

Wednesday, September 29, 2021

Bulan Kahaza 2021 KILAS BALIK


Dimas Eka Mitra Nugraha interviewed me for his skripsi writing for S1 Degree from Universitas Negeri Jakarta on the history the  Nahdlatul 'Ulama organization in Batavia/Jakarta.

#kilasbalik #lemparkebelakang #wawancara #menulisskripsi #unj #universitasnegerijakarta #prodisejarah #prodipendidikansejarah

Friday, September 24, 2021

Bulan Kahaza 2021 SELAMAT HARI TANI NASIONAL 2021

1. Sawah habis di negeri agraris, Sibuk membangun lupa berkebun. Ojo isin dadi petani ! Selamat Hari Tani Nasional

2. Persoalan tidak lagi sektoral, karena semua saling berhubungan.
"Selamat Hari Tani Nasional 2021"

3. Bung Karno pernah berkata "Hidup matinya sebuah negara, ada ditangan sektor pertanian negeri tersebut”. Selamat Hari Tani Nasional.

4. Selamat Hari Tani Nasional kepada seluruh petani di Indonesia. Petani Sejahtera Indonesia Maju.

5. Petani adalah ujung tombak bagi kedaulatan pangan kita. Beri perhatian pada mereka, lindungi mereka dari serbuan import. Semoga petani kita lebih sejahtera.

6. Selamat Hari Tani Nasional untuk seluruh petani Indonesia! Terima kasih atas dedikasinya dalam memberikan hasil tani berkualitas terbaik

7. Pak buk, pade bude, palek bulek, selamat hari tani nasional. Kita semua harus bangga jadi petani, mengurusi bagian perbadokan negeri.

8. Selamat Hari Tani Nasional. Para petani sangat penting sebagai tulang punggung kehidupan dan perekonomian Indonesia. Semoga para petani Indonesia makin sejahtera."

9. "Selamat Hari Tani Nasional 2020. Kami berharap pemerintah konsisten mengembalikan fungsi lahan untuk keberlangsungan hidup dan kesejahteraan petani kita. Jayalah kembali, sang pahlawanku."

10. "Selamat Hari Tani Nasional, semoga ini adalah momentum bagi kita semua."
Selamat Hari Tani Nasional bagi bapak ibu petani di seluruh Indonesia. Petani Indonesia harus sejahtera di negeri sendiri."

11. "Selamat Hari Tani Nasional, para petani hebat Indonesia! Semoga pelaku pertanian di Indonesia makin sejahtera demi mewujudkan ketahanan pangan bangsa."

12. "Sebagaimana kutipan bijak Sukarno, 'Pangan adalah pilar hidup matinya sebuah bangsa', itulah mengapa petani penjaga pangan bangsa. Jad,i cintai hasil pertanian lokal. Selamat Hari Tani Nasional!"

13. "Pemuda zaman now harus belajar dari ilmu padi. Makin berisi, makin merunduk. Selamat Hari Tani Nasional!"
Selamat Hari Tani Nasional bagi bapak ibu petani di seluruh Indonesia. Petani Indonesia harus sejahtera di negeri sendiri."

11. "Selamat Hari Tani Nasional, para petani hebat Indonesia! Semoga pelaku pertanian di Indonesia makin sejahtera demi mewujudkan ketahanan pangan bangsa."

12. "Sebagaimana kutipan bijak Sukarno, 'Pangan adalah pilar hidup matinya sebuah bangsa', itulah mengapa petani penjaga pangan bangsa. Jad,i cintai hasil pertanian lokal. Selamat Hari Tani Nasional!"

13. "Pemuda zaman now harus belajar dari ilmu padi. Makin berisi, makin merunduk. Selamat Hari Tani Nasional!"

14. "Selamat Hari Tani Nasional, para petani hebat Indonesia! Semoga pelaku pertanian di Indonesia makin sejahtera demi mewujudkan ketahanan pangan bangsa."

15. "Selamat Hari Tani Nasional! Semoga para petani Indonesia makin sejahtera demi mewujudkan ketahanan pangan bangsa.



Thursday, September 23, 2021

Bulan Kahaza 2021 61 TAHUN UU AGRARIA 1960

Ario Helmy

"Salah satu keberhasilan kerja KH Zainul Arifin sebagai Ketua DPRGR adalah diundangkannya UU  AgrariaNo.5 Tahun 1960 yang merupakan reformasi agraria yang sangat revolusioner," kata Ketua MPR Taufik Kiemas dalam sambutannya pada Peringatan seabad KH Zainul Arifin yang dilangsungkan secara nasional di Hotel Borobudur Jakarta pada 2009 silam.

Tanggal 24 September 2020 menandai Hari Tani Nasional ke 60 tahun. Penetapan Hari Tani nasional didasari oleh ditetapkannya UU Agraria pada 24 September 1960 oleh DPRGR yang diketuai KH Zainul Arifin dari partai NU. Pada bulan kelahiran Zainul Arifin ke 111 saya ingin menelusuri kembali perjalanan Undang Undang ini dari sejak ditetapkannya hingga belakangan ini.

Nasionalisasi UU Agraria

Selama 12 tahun sejak tahun 1948 pemerintah merancang UU Agraria Nasional sebagai pengganti UU Kolonial dengan membentuk Panitia Agraria Yogyakarta. Namun tumbuh kembangnya situasi politik di awal-awal kemerdekaan menimbulkan gejolak-gejolak yang menghambat kerja panitia. Sampai empat kali gonta-ganti panitia masing-masing Panitia Agraria Jakarta 1952, Panitia Suwahyo 1956, Panitia Sunaryo 1958 dan akhirnya Rancangan Sujarwo 1960 belum juga RUU Pembaruan disidangkan untuk diundangkan.

Zainul Arifin sendiri memahami perkembangan masalah UU Agraria Nasional karena saat menjadi wakil perdana menteri (waperdam) dalam Kabinet Ali I (1953-1955) pemerintahnya mengeluarkan UU Darurat no 8 tahun 1954 saat terjadinya Peristiwa Tanjung Morawa, kasus perebutan hak penggarapan tanah oleh rakyat atas tanah perkebunan asing yang dulunya dikuasai perusahaan perkebunan penjajah Belanda.

Tanah Untuk Rakyat

Selanjutnya, pada 1958 dikeluarkanlah UU No 1/1958 yang menghapuskan hak tanah swasta dimana di zaman penjajahan Belanda tanah-tanah itu disewakan kepada orang-orang berduit hingga mereka leluasa menjadi tuan tanah di atas tanah yang disewanya. Tuan-tuan tanah berhak mengambil pungutan-pungutan terhadap rakyat, bahkan bisa memaksakan kerja paksa atas penduduk desa di sekitar tanahnya. UUPA 1960 mengubah segalanya dengan drastis. UU ini melandasi hukum sehubungan dengan pembatasan penguasaan tanah, persamaan hak bagi setiap warga negara untuk memeroleh hak atas tanah, hak mendapat pengakuan secara hukum adat dan melarang pihak asing mendapatkan hak milik tanah. UUPA meletakkan landasan hukum berkenaan dengan distribusi penggunaan tanah yang dianggap monumental sekaligus revolusioner. 

Setelah  pemerintah mengeluarkan UU Darurat No 8 tahun 1954 tentang pemakaian tanah perkebunan hak erfpacht oleh rakyat. Pendudukan lahan tak lagi dianggap sebagai pelanggaran hukum. Pemerintah akan berupaya menyelesaikannya melalui pemberian hak dan perundingan di antara pihak-pihak yang bersengketa.

Beku Di Era Suharto

Dewan Mahasiswa Pertanian Universitas Gajah Mada pada laman resminya mengungkap pada 1967, zaman pemerintahan Suharto, lahir UU Penanaman Modal Asing, UU Pokok Kehutanan, dan UU Pertambangan, yang nyatanya bertolak belakang dengan UUPA.  Ketiga UU baru tersebut kemudian disinyalir sebagai penjelmaan kembali dari UU Agraria kolonial 1870. Konflik-konflik agrariapun segera mencuat di mana-mana.

Kalau penguasa mendasarkan kepada hukum positif atas nama pembangunan, rakyat jelata bersandar  pada hukum adat atau keterangan pengelolaan tanah sementara.  Pemerintah kala itu abai dalam memberikan penyuluhan kepada rakyat tentang arti hak kepemilikan tanah. Masyarakat berkukuh letter C sudah cukup menjadi bukti hak milik, padahal berdasar ketentuan pemegang letter C hanya berhak untuk mengusahakan. Untuk menjadi hak milik, mereka harus mengurus ke Departemen Agraria untuk mendapatkan sertifikat hak milik. Karena itulah pada zaman Suharto banyak tanah mudah digusur karena penduduk hanya memiliki letter C.

Monday, September 20, 2021

Bulan Kahaza 2021DARI CIBURIAL HINGGA KE PENJERNIHAN

Oleh: Ario Helmy

KH Zainul Arifin merantau ke Batavia begitu tamat dari Sekolah Menengah calon guru, Normaal School pada 1926. Dia kemudian diterima bekerja di  yang hingga sekarang masih berkantor di Jalan Penjernihan II Pejompongan, Jakarta Pusat. Perusahaan ini berdiri berkat perjuangan putra daerah Muhammad Husni Thamrin, pahlawan asli Betawi. Sebelumnya penduduk Batavia mengambil kebutuhan air bersih dari sumur bor/artesis yang mulai disediakan pemerintah daerah (gemeente) pada 1843. 

MENIMBA CILIWUNG

Jauh sebelum Belanda datang orang orang di Batavia menggunakan sungai Ciliwung untuk memenuhi kebutuhan akan air. Mereka menimba air dari sungai kemudian mengendapkannya satu atau dua hari atau  langsung saja mencuci dan mandi di situ. Ketika Belanda datang, mereka juga menggunakan kali ciliwung untuk mendapatkan air. 

Pada abad 18 Batavia menjadi kota yang semakin padat penduduknya. Kebutuhan akan air bersih tambah meningkat, sedangkan infrastruktur tidak mendukung. Kondisi kali Ciliwung mulai tercemar dan Batavia kewalahan tidak dapat mengatasi masalah rutin kebanjiran. 

Pemerintah kolonial membangun kanal kanal disekitar benteng kota pada masa itu. Pada 21 Oktober 1918 berkat desakan-desakan Muhammad Husni Thamrin yang duduk sebagai anggota Gemeenteraad Batavia (DPRD), sidang Gementee (kotamadya) pemerintah akhirnya setuju untuk mendirikan
Gementeestaatwaterleidengen van Batavia (Perusahaan Air Minum) Batavia. Pembangunan proyek ini kemudian berlangsung selama empat tahun.  Namun penduduk masih kurang menyukai rasa air yang dihasilkan. Kemudian air kali Ciliwung yang sebelumnya di sebut Canal Swiss mulai dibangun dan
dipersiapkan untuk memasok air ke seluruh penjuru Batavia. Semua itu di penuhi Gemeente.

AIR KIRIMAN BOGOR

Sekira tahun 1918-1920 sebuah sumber mata air ditemukan di Ciburial daerah Ciomas, Bogor yang mampu menyediakan 484 liter perdetiknya. Sumber mata air ini berada dalam wilayah tanah milik pribadi  seorang Belanda bernama de Steur. Sebelum menjadi sumber air, Ciburial dikenal sebagai kolam pemandian baik untuk warga lokal atau juga untuk orang Belanda ketika mereka berlibur ke daerah Buitenzorg.

Gementeestaatwaterleidengen van Batavia kemudian membangun sarana jaringan pipa sepanjang 53,231 km antara Bogor dan Batavia. Dari 9 sumur air di Ciburial air dialirkan ke Gudang Peralihan dimana air diberikan campuran kimia tertentu agar bersih layak konsumsi. Sesudahnya, air dikumpulkan kembali di Gudang Air Induk siap di dialirkan ke Batavia.

Penyaluran air menuju Batavia melewati empat pos mirip gardu sebagai sarana pemeriksaan dan pemantauan aliran air dalam perjalanannya ke Batavia.
Pos pertama  Gardu Taman Air Mancur di Jl. Ahmad Yani, Bogor. Masih tertera angka 1922 pada atap gardu hingga kini.

Pos kedua dan ketiga fungsinya sebagai gardu-gardu peralihan utamanya ketika debit air bermasalah karena kebocoran pipa, misalnya. Pos 2 terletak di Cibinong dan Pos 3 ada di Pasar Rebo. Di gardu Pasar Rebo terdapat juga gudang penyimpanan air sebelum dilepas mengalir ke Batavia. Dari sini air mengarah ke gardu terakhir yang berlokasi di depan Kantor Pos Besar, dekat Lapangan Banteng sekarang.

PEGAWAI PEMDA

KH Zainul Arifin menimba banyak pengalaman bekerja di Perusahaan Air Minum 
Gementeestaatwaterleidengen van Batavia yang pengelolaannya langsung di bawah pemerintah kotapraja (pemda) Batavia. Selain memperlancar kemampuan berbahasa Belanda, di situ Zainul Arifin menjaga hubungan baik dengan pemerintah lokal. Hal ini dikemudian hari memudahkannya mengurus perizinan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Nahdlatul Ulama.

Tidak gampang untuk bisa diterima menjadi pegawai Gemeente seperti Zainul Arifin," ungkap Hamid Baidlowi yang pernah menjadi sekretaris KH Wahid Hasyim dalam suatu wawancara. "Dengan pengalaman sebagai pegawai Pemda kolonial, Zainul Arifin banyak membantu kegiatan NU, terutama menyangkut masalah perizinan muktamar di wilayah Batavia dan Banten."

Saturday, September 18, 2021

Bulan Kahaza 2021BERKHIDMAT DI MUSLIMAT HINGGA USIA SENJA

Ario Helmy

Tanggal 17 September 2021 kemarin adalah peringatan hari kelahirannya yang ke 87 tahun. Siti Zuraida Fatma, akrab dipanggil Ibu Ida atau Ibu Neneng di kalangan ibu-ibu Muslimat NU adalah  putri pahlawan nasional KH Zainul Arifin tertua yang kini masih ada. Lahir sebagai anak keempat, putri kedua, di zaman sulit sebagai imbas terjadinya The Great Depression pencetus krisis ekonomi global yang dimulai dengan terpuruknya harga-harga saham di Wall Street, AS. Ayahandanya, KH Zainul Arifin yang sebelumnya bekerja untuk pemda kolonial Batavia, Gementeestaat-waterleidengen van Batavia (Perusahaan Daerah Air Minum/PDAM) diberhentikan dari perusahaan air minum tempatnya bekerja itu.

ANAK GURU ANAK SENIMAN

Setelah di PHK karena program penghematan pengeluaran dan pengurangan karyawan oleh Kerajaan Belanda, KH Zainul Arifin, kemudian melamar menjadi guru dan membentuk kelompok sandiwara musikal Samrah, cikal bakal Gambang Kromong dan Lenong Betawi. Sebelumnya, semasa masih tinggal di Kerinci, Sumatera Tengah, Zainul memang sudah terbiasa ikut dengan rombongan seni pertunjukan Stambul Bangsawan cikal bakal Samrah. Arifin sejak kecil sudah mahir menggesek biola selain sebagai penyanyi juga.

Makanya, begitu membentuk Tonil Zainul di Batavia, namanya segera tersohor ke seluruh pelosok Betawi. Kelompoknya itu sering di undang ke acara-acara hajatan para tuan tanah kaya raya.

Pekerjaan utamanya adalah guru sekolah dasar di dekat tempat tinggalnya di kawasan Kampung Melayu, Jatinegara (dulu disebut Mesteer). Sekolah itu masih ada hingga sekarang.

"Ayah juga sering di minta bantuan hukum untuk masyarakat awam yang buta hukum karena tidak faham Bahasa Belanda, " kenang Zuraida suatu ketika, "Setelah saya bear saya baru tahu kalau istilahnya Pokrol Bambu," lanjutnya.

MENGUNGSI KE JAWA

Ida atau Neneng sempat mengenyam sekolah khusus kepandaian putri yang selain mengajarkan keahlian baca tulis juga melatih ketrampilan memasak, menjahit serta kecakapan rumah tangga lainnya. Pada masa itu, berkecamuk Perang Dunia II dan tak lama sesudahnya Jepang datang menggantikan Belanda menjajah Hindia Belanda.

Pasca Proklamasi Kemerdekaan, keluarga besar Zainul Arifin hidup di pengungsian.

"Sebagai komandan Laskar Hizbullah, Ayah dicari-cari pasukan Jepang dan Belanda. Jadi, kami sering harus berpindah", tutur Neneng.

"Kami pernah mengungsi ke daerah Solo, karena Ayah juga anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia  Pusat. Saya jadi terbiasa berbicara dalam Bahasa Jawa Solo."

Sebelumnya, di rumah Ida selalu berbicara Bahasa Sunda dengan ibunya yang asli Bogor.

"Waktu Agresi Militer II, Ayah mengungsikan kami ke Jawa Timur, kawasan Kediri dan Singosari. Gaya Bahasa nya beda lagi, Jawa Timuran.

BERKHIDMAT DI MUSLIMAT

Ketika keadaan negeri merdeka sudah lebih kondusif, seluruh keluargapun kembali ke Jakarta. Karier KH Zainul Arifin sebagai politisi NU semakin moncer.

Tahun 1950-an manakala hubungan antara Zainul dan Presiden Sukarno sedang dekat-dekatnya, Neneng menikah dengan seorang putra pejabat berdarah Aceh yang tinggal di Medan, meskipun pernikahan diadakan di rumah namun tetap berlangsung meriah. Sukarno dan pejabat tinggi serta tertinggi negara hadir. Begitu juga diplomat dan pelaku bisnis dalam dan luar negeri.

Awal 1970an Zuraida dan kakak kandungnya, Lies, mulai aktif di Muslimat NU menggantikan ibundanya, Hamdanah Abdurrahim.

Selama hampir 40 tahun, Zuraida Fatma Arifin duduk dikepengurusan Muslimat NU di bidang Koperasi dan Seksi Pendidikan.

"Ibu aktif di Koperasi Muslimat di bawah Ibu Djazuli Wangsasaputra, " terang Diah Zulfah putrinya yang juga pernah sempat membantu ibunya di Koperasi.

"Salah satu program Koperasinya itu Program Dana Bergulir yang sistemnya mirip dengan Kredit Lunak.  Program yang aktif membantu UMKM ini berjalan baik dengan omzet yang cukup besar. "

Diah juga menjelaskan bagaimana Ibunda aktif mengembangkan Program Pemberantasan Buta Huruf buat ibu-ibu di pengajian-pengajian.

"Ibu malah ikut turun mengajar sendiri ibu-ibu itu," Kenang Diah pula.

Siti Zuraida Fatma mulai tidak bisa aktif di Muslimat karena usianya yang semakin uzur, sejak sekira 10 tahun belakangan.

"Ibu sebenarnya sehat. Tapi sudah makin jarang bicara." cerita Dian Meutia, putri bungsunya. Sejak lebih banyak terbaring saja itu, mantan Ibu Negara Nuriyah Abdurrahman Wahid, yang juga sahabatnya itu pernah datang menjenguk ke rumah nya di Cipete.

"Ibu banyak tersenyum dan nyambung diajak ngobrol Ibu Nuriyah," tutup Diah.

Sehat selalu dan Selamat Hari Ulang Tahun, Ibu!

 

Friday, September 17, 2021

Bulan Kahaza 2021 WISKUL ALA MEDAN


(Ario Helmy) 

Akhirnya Putra Pohan, cucu KH Zainul Arifin Pohan buka cerita tentang kunjungannya selama 2 malam 3 hari awal bulan ini ke kota Medan yang terkenal dengan jalan utama kotanya, Jalan KH Zainul Arifin. 

"Yang paling berkesan ya wisata kulinernya," tutur Putra yang berdarah campuran Barus, Mandailing, Sunda serta Palembang ini. 

LUPAKAN DIET

Putra ke Medan dalam rangka urusan dinas monitoring dan evaluation PIU Literasi Digital gelaran Kominfo. 

So first thing first... begitu mendarat di ibu kota Sumatera Utara bersama dua orang rekan kerjanya, agenda pertama adalah menyapa dan melahap Durian Ucok. Pantang ke Medan tanpa mampir ke Kedai Durian Ucok, jujugan Presiden, pejabat dan selebritis itu. Bukan hanya durian manis, yang pahit getir juga banyak yang mencari. 

"Mulai dari situ, acara diet dilupakan. Acara dinas selingannya wisata kuliner khas Medan, lah, Bang!" kesan Putra. 

YANG BOBROK YANG MANIS

Hari kedua, giliran Lontong Medan Kak Lin disasar uji coba lidah Jakarta. Menu lontong Kak Lin yang warung nya berlokasi di sebelah Titi Bobrok (Jembatan Rusak) ini terasa berbeda karena lontong sayurnya diracik dengan tambahan bumbu pecel. Racikan ini menimbulkan sensasi tersendiri di lidah. Sedangkan jembatan yang masih dikata bobrok itu kini sudah lama diperbaiki. 

Dari acara sarapan ala Medan, dijadwallah kunjungan ke salah seorang sesepuh Marga Pohan, Tulang Syafrudin, seorang akademisi Kaprodi jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Sumatera Utara (USU). Pembicaraanpun tak luput dari masalah silsilah keluarga yang konon sudah bertingkat hingga 15 keturunan Raja Pohan. 

Dari situ, masalah utama panggilan tugaspun dilakoni. Suasana kedinasan berlangsung di Kominfo Medan hingga sore hari. 

LEMANG SRIKAYA

Malam terakhir, diisi perjalanan sekira sejam lamanya ke Bukit Tebing untuk mencicipi kelegitan Lemang Tapai Srikaya. Memang, Lemang Srikaya Medan kaya cita rasa yang khas lezatnya. 

Pagi harinya, hasil perburuan oleh-oleh khas Medan menambah berat tas bawaan. Bagaimanapun, orang rumah juga berhak ikut mencecap kenikmatan kuliner Medan. Horas... 


Tuesday, September 14, 2021

BULAN KAHAZA 2021 KH ZAINUL ARIFIN, ZUMALA DAN KAPAL HOPE

Ario Helmy 

"Hallo. Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam. Ya hallo... siapa nih?"
"Ario. Ini siapa?"
Tahun 90an masih telepon rumah. Belum zaman telepon seluler.
"Ini Julia." 
Julia nama sepupu. Anak Tante Jujuk dan Om Iskandar nomor 3.
"Tumben Jul. Ada kabar apa?"
"Mau kasih tau Tante Zuhara, Kak Mala baru aja meninggal di pelukan Juli. Belum ada sejam."
"Innalillahi wa innailaihi roji'un. Ikut berduka cita ya Jul. Tante Zuhara lagi sakit. Tapi nanti Insya Allah Ario kasih tau pelan2 ya."

LAHIR CACAT

Cut Zumala cucu KH Zainul Arifin dari putrinya Siti Zuleha dan suaminya Teuku Iskandar Trumon asal Takengon, NAD pada 1956. Saya memanggil orangtuanya Om Kandar dan Tante Jujuk. Tidak sampai setahun kemudian, 1957, putri pertama mereka lahir, Cut Zumala. Kak Mala, panggilannya, anak sulung dari 7 bersaudara. Sayangnya, Kak Mala terlahir dengan kelainan tulang bawaan yang dalam istilah medisnya disebut Chordoma. Yang saya ingat seluruh keluarga besar kami sangat prihatin dengan keadaan cacat Kak Mala itu.

RUMAH SAKIT TERAPUNG

Tahun 1956, setahun sebelum Mala lahir, KH Zainul Arifin ikut dalam rombongan kepresidenan Sukarno menjelajahi Amerika Serikat sampai 3 minggu lebih. Rombongan meninjau pelbagai fasilitas yang tersedia di negeri adi daya tersebut, termasuk fasilitas kesehatan.

Dua tahun setelah kunjungan perdana ke AS itu, di negeri Paman Sam lahirlah suatu organisasi kesehatan yang disokong dananya oleh lembaga2 nirlaba, perusahaan2 swasta dan pemerintah AS bernama HOPE (Health Opportunities for People Everywhere). HOPE direncanakan untuk melakukan kunjungan ke beberapa negara dengan tujuan memberikan layanan dan pendidikan kesehatan bagi negara2 belum berkembang. Adapun sarana yang mereka gunakan adalah sebuah kapal laut milik AL Amerika yang disulap menjadi rumah sakit terapung.

Dua tahun lagi berselang, tepatnya 16 Maret 1960 kapal HOPE berlayar perdana meninggalkan AS. Tujuan pertamanya adalah Indonesia.

LELANG PECI

Sementara itu di tanah air, Ibu Negara Pertama, Fatmawati pada 30 Oktober 1953, manakala Zainul Arifin menjabat Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo 1, tergerak hati untuk menggalang dana agar dapat mendirikan sebuah Rumah Sakit khusus anak2 penderita TBC. Bertempat di Istana Negara dilaksanakanlah pelelangan peci dan baju Presiden Sukarno hingga terkumpul Rp.250 ribu sebagai modal awal gerakan Yayasan Ibu Sukarno. Memakan waktu 3 bulan saja untuk kemudian dapat terkumpul dana Rp.28 juta.

Yayasan kemudian menetapkan kawasan Cilandak sebagai tempat bakal didirikannya rumah sakit Ibu Sukarno (kemudian diganti nama menjadi RS Fatmawati). Pada 24 Oktober 1954 dilakukan peletakan batu pertama rumah sakit. Pada 1958 rumah sakit sudah mulai beroperasi.

Enam tahun setelah RS Fatmawati beroperasi sebagai sanatorium anak, kapal SS HOPE tiba di Indonesia. Presiden Sukarno berkenan berkunjung hingga ke bangsal2 untuk anak2 sakit yang di rawat di atas kapal selama beberapa bulan.

TUMOR LANGKA

Zumala Iskandar termasuk anak Indonesia yang berkesempatan mendapat perawatan dari tenaga medis utamanya ahli tulang (ortopedi). Dokter mendiagnosis Mala sebagai penderita Chordoma, tumor langka yang tumbuh di dasar tulang tengkorak dan tulang punggung. Pertumbuhannya lambat dan seringkali tanpa gejala. Dalam pemahaman awamnya tulang2 leher dan punggung terus bertumbuh sedemikian rupa hingga akhirnya bakal mengunci semua sendi dan rongga tubuh serta melukai organ2 vital dalam tubuh. Dokter AS juga menyatakan kemungkinan hidup Zumala hanya  sekira usia 10 tahun karena belum ditemukan obat untuk penyakitnya.

Dalam perkembangannya, HOPE kemudian memberikan bantuan peralatan dan obat2an ortopedi anak. RS Fatmawatipun lantas dikembangkan sebagai pusat penanganan masalah2 medis ortopedi, selain paru2 berkat yayasan HOPE.

BERHENTI SEKOLAH

Pada kenyataannya, Kak Mala hidup sampai usia hampir 40 tahun. Memang masalah kanker tulangnya tidak terobati karena hingga kinipun Chordoma tidak dapat diobati. Tumor berkembang di daerah-daerah rawan seperti syaraf otak dan tulang punggung.
Setamat SD, dia dilarang sekolah lagi oleh orang tuanya karena tulang2 di sekitar telinganya bertumbuh sedemikian rupa hingga membuatnya tuli. Tante Jujuk tidak mau dia menyeberang jalan tanpa bisa mendengar bunyi kendaraan yang lalu lalang.

Memasuki usia pubertas, Zumala juga tidak mengalami menstruasi. Semakin dewasa tulang lehernya terkunci membuatnya tidak bisa lagi menoleh. Jalannya berjingkat karena tulang kakinya bertumbuh terus.

Terakhir saya bertemu Kak Mala sebelum kami berangkat ke Amerika tahun 1998. Saya sempat menginap beberapa hari di rumah Tante Jujuk di Tebet. Berbincang-bincang soal kesultanan Aceh dengan Om Kandar dan bercanda dengan Kak Mala. Orangnya periang dan ramah.

Sampai telepon dari Julia malam itu saya terima. Kak Mala telah berpulang ke Rahmatullah. Innalillahi wa innailaihi roji'un. Al Fatihah untuk Cut Zumala binti Iskandar Trumon.

(Photo Credit: Getty Images Presiden Sukarno mengunjungi pasien anak yang dirawat di dalam kapal SS HOPE)

Sunday, September 5, 2021

BULAN KAHAZA: PERINGATAN HARLAH KH ZAINUL ARIFIN ke 112 (2 September 1909 - 2 September 2021)

PAHLAWAN KEHILANGAN (JUGA) TANDA JASA (INTERNASIONAL) 

Ario Helmy 

Penelusuran saya sebagai cucu dan biografer kakek maternal saya, Pahlawan Nasional KH Zainul Arifin, akan bintang-bintang jasa yang diterimanya dari pemerintah Indonesia hanya terbatas berdasar catatan di atas kertas peninggalan Almaghfurlah Ibu. Bintang-bintang tanda jasa yang konon berlapis perak dan emas itu tidak pernah saya lihat wujud nyatanya. 

BINTANG KERTAS INTERNASIONAL 

Di sisi lain, walaupun penghargaan dari mancanegara juga sebagian besar belum pernah saya saksikan dengan mata kepala sendiri, setidaknya ada dua penghormatan yang setahu saya hingga kini masih ada: dari Arab Saudi dan Mesir. Dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi berupa pedang emas Zambea yang diterima KH Zainul Arifin dalam kapasitasnya sebagai Wakil Perdana Menteri memang pernah saya lihat. Setahu saya Zambea tersebut kinipun masih ada disimpan oleh salah satu keturunannya. Satu lagi yang saya juga pernah lihat adalah Al Quran yang dicetak keseluruhannya di atas kertas linen hadiah dari Imam Universitas Al Azhar, manakala Zainul Arifin mendampingi Kepala Negara Presiden Sukarno selaku Wakil Kepala Pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I berkunjung ke Negeri Piramid. Sedangkan bintang Niyez dari pemerintahan Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir) luput dari temuan penelitian saya. 

Dalam daftar tertulis terdata hanya 2 negara lain yang juga pernah menganugrahi penghargaan kepada Arifin. Masing-masing Amerika Serikat dan Uni Soviet. Bagaimana wujud dan kedudukan bintang-bintang itu tidak dapat saya uraikan lebih jauh lagi. 

Saya sendiri merasa penasaran dari sekian banyak negara yang dikunjungi sebagai pejabat negara, kenapa hanya sedikit sekali yang mengganjar Zainul Arifin dengan tanda kehormatan. Cina, misalnya pemerintah pertama yang mengirimkan kawat duka cita ketika KH Zainul Arifin wafat, menyampaikan ucapan duka cita sekalian ungkapan penghargaan peran Zainul dalam memelihara persahabatan Cina - Indonesia, agak janggal bila negara ini tidak menyematkan bintang penghargaan bagi Kakek, saat rombongan kenegaraan RI ke sana sampai 15 hari. 

Hal ini, menyita perhatian saya karena ternyata ada satu bintang yang diterima Arifin dari Kepala Gereja Katolik Dunia, Paus Pius XII, saat menyertai Presiden Sukarno melakukan kunjungan kenegeraan ke Italia dan Tahta Suci Vatikan pada 1956. Tanda kehormatan ini juga luput dari daftar di atas kertas. 

(Bersambung)





Thursday, September 2, 2021

BULAN KAHAZA 2021

BULAN KAHAZA 2021: PERINGATAN HARLAH KH ZAINUL ARIFIN ke 112 (2 September 1909 - 2 September 2021)

Reposted from @kh_zainularifin Hari ini peringatan harlah @kh_zainularifin ke 112. Tahun-tahun sebelumnya keluarga besar Kahaza mengadakan acara tabur bunga dan berdoa bersama di pusara KH Zainul Arifin di TMP Kalibata. Tahun ini tahun kedua acara ini ditiadakan karena masih berlangsungnya pandemi Covid 19. Namun acara berdoa dan mengenang Kahaza dilangsungkan di tempat masing-masing.


#lemparkebelakang #rekamemori #rekamemoria #ingatkembali #ingatkematian #mengenangkhzainularifin #khzainularifinpohan #khzainularifinpohanpanglimasantri #khzainularifin #keluargabesar #keluargabesarkhzainularifin #keluargabesarkahaza #taburbunga #ziarahkubur #tamanmakampahlawankalibata