Total Pageviews

Wednesday, December 29, 2021

NAIK NAIK KE ISTANA CIPANAS DAN POLIGAMI

(Ario Helmy) 

"Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali
Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali

Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara
Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara"

Ibu Soed aka Sarcidjah Niung mengarang lagu anak-anak berlirik seperti diatas guna menggambarkan indah dan menakjubkan perjalanan dari Jakarta menuju villa di Kawasan Puncak. Yang menceritakan hal itu Carmenita, kemenakan Ibu Soed(ibyo) seorang perancang busana. Ibu Soed sendiri di masa hidupnya selain terkenal sebagai pengarang lagu anak-anak, guru musik dan penyiar radio juga dikenang sebagai seniman seni batik kesayangan Presiden pertama RI, Sukarno. Keluarga Soedibyo termasuk keluarga yang kerap kali diundang untuk tetirah di Istana Kepresidenan di Cipanas. 

MENCARI INSPIRASI

Bung Karno seringkali menggunakan Istana Cipanas untuk beristirahat dan mencari inspirasi sebagai bahan untuk pidato-pidatonya. Bangunan kuno Istana dulunya dimiliki seorang Tuan Tanah Belanda, Van Heots, selesai dibangun sekira 1740. Setelahnya, istana ini menjadi tempat peristirahatan Gubernur Jendral Gustaaf Willem Baron van Imhoff serta pejabat-pejabat gubernur jenderal setelahnya. Suasana pegunungan dan sumber air panas menjadi daya tarik utamanya.

Berbeda dengan air panas lainnya, air panas di Istana Cipanas tidak mengandung belerang. Jika air panas lainnya tidak disarankan untuk berendam lebih dari satu jam, air panas alami Cipanas diperbolehkan untuk berendam lebih dari satu jam. Meski berbeda, khasiat air panas sama dengan yang di tempat lain.

Setelah Indonesia merdeka, Sukarno menamaulang tiga paviliun yang ada disana menjadi Paviliun Yudistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna. Tahun 1984 di masa pemerintahan Presiden Suharto, ditambahkan dua paviliun lagi: Paviliun Nakula dan Paviliun Sadewa.

Sebagai tempat mencari inspirasi, Sukarno meminta arsitek R.M. Soedarsono dan F. Silaban untuk membangun Gedung Bentol di puncak bukit. Gedung berhiaskan bebatuan alam yang ditempelkan pada dinding dan lantainya hingga menyerupai bentol-bentol, seperti gigitan nyamuk.

Dari puncak bukit itu setiap Subuh dapat terlihat dengan jelas puncak Gunung Gede sebelum tertutup halimun. Di sanalah sang Proklamator acapkali mencari ilham untuk pidato-pidatonya.

PRESIDEN KEBAPAKAN POLIGAMIS

"Kami sering diundang untuk berakhir pekan di Istana Cipanas," kenang Firman Arifin, Di sana semua tamu membaur. Presiden Sukarno senantiasa menyempatkan diri bercengkrama dengan anak-anak. Kami selalu disapa satu persatu."

"Dalam foto yang masih saya simpan, Ayah, Mamih dan anak-anak sedang berlibur ke Istana Cipanas atas undangan Presiden Sukarno. Kakak saya, Addy tampak meringis karena habis dicacar. Dia jadi tidak bisa bermain dengan anak-anak lain karena masih demam," tambah Ratna Qomariah Arifin.

Sementara itu, kedekatan Presiden Sukarno dengan para kiai sempat mengalami pasang surut, khususnya pada 1953 saat Sukarno meminta kiai-kiai NU untuk merestuinya mengambil istri kedua, Hartini. Seorang janda berusia 28 tahun beranak lima. Tahun 1952 di Salatiga, Hartini berkenalan dengan Sukarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu Presiden sedang dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada.

DEMO PEREMPUAN DAN SERANGAN MEDIA

Historia.id mengutip: 

"Hubungan awal mereka pakai inisial nama Srihana dan Srihani untuk bersurat. Hubungan Bung Karno dan Hartini lantas di blow up ke publik oleh suratkabar Indonesia Raya,” ujar Arifin Suryo Nugroho, penulis buku Srihana-Srihani: Biografi Hartini Sukarno, kepada Historia. Berita ini menjadi isu panas selama sebulan lebih di Indonesia Raya.

Kebetulan peristiwanya senyampang dimulainya pemerintah Kabinet Ali Sastroamijoyo I dimana Zainul Arifin duduk sebagai Waperdam. Desas-desusnya Arifin kiai yang menikahkan pasangan menghebohkan ini. Padahal menurut  Kiai Saifuddin Zuhri dalam otobiografi, Berangkat Dari Pesantren yang menikahkan Bung Karno dengan Bu Hartini adalah H. Djunaidi, ayahanda Mahbub Djunaidi.

DIKECAM ALI DAN HATTA

Pernikahan Sukarno dengan Hartini mendapat kecaman dari wapres Mohammad Hatta dan Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo sebagaimana dinukil harian Republika. Hingga Sukarno lengser, hubungan-hubungan itu tidak pernah pulih kembali. Di sisi lain, KH Zainul Arifin serta kiai-kiai lain dijadikan penasehat-penasehat kepercayaan Presiden. Beberapa kali Sukarno meminta izin untuk menikah lagi dengan alasan, "Agar tidak berzinah."

Padahal, pada saat bersamaan, Hartini yang sudah mengambil alih peran Ibu Negara mulai didekati PKI.
Menurut Legge dilansir Historia.id, Hartini merupakan pendamping terpenting Sukarno selama era Demokrasi Terpimpin. Sejak 1955, Hartini telah berkembang secara politik. Semula dia hanya berada di belakang layar. Menjelang dekade 1960-an, Hartini berusaha keras melayani Sukarno sebaik-baiknya, menjadi istri sekaligus teman politiknya. Hartini dicatat pernah dekat dengan Gerwani, sayap organisasi perempuan PKI.

KONFERENSI ALIM ULAMA

Istana Cipanas juga memberikan kenangan khusus bagi KH Zainul Arifin karena dia dan menteri agama KH Masykur berinisiatif melaksanakan Konferensi Ulama pada 3 - 6 Maret 1954 di Istana Cipanas yang menghasilkan pemberian gelar Waliyy al Amri (Pemegang Pemerintahan), adl Dlaruri bi Asy Syaukah (dalam keadan darurat, belum dipilih rakyat), Bi asy syaukah (yang memegang kekuasaan) bagi Presiden Sukarno. Konferensi ini sebagai salah satu upaya meredam pemberontakan-pemberontakan DI/TII. Wakil Perdana Menteri KH Zainul Arifin kemudian menegaskan bahwa, "Presiden, pemerintah dan parlemen adalah walhiyul amri dlaruri bis syaukah yang harus dipatuhi. Bagi yang memberontak hukumnya sudah jelas."


Wednesday, December 22, 2021

Thursday, December 16, 2021

SELAMAT HARI SEJARAH NASIONAL 2021

Reposted from @komunitashistoria πŸ”₯ SELAMAT HARI SEJARAH NASIONAL 2021 πŸ”₯

Meski dirayakan setiap tanggal 14 Desember dan bukan hari libur, Hari Sejarah Nasional ini digagas pertama kali pada tahun 2014 oleh berbagai kalangan masyarakat yang melibatkan asosiasi profesi, unsur pemerintah, komunitas ksejarahan, guru, dosen dan mahasiswa sejarah se-Indonesia. Salah satu komunitas kesejarahan yang paling getol dan ikut menggagas Hari Sejarah Nasional ini adalah Komunitas Historia Indonesia πŸŽ‰πŸ€—

Kalian juga bisa melihat artikelnya lebih lengkap di situs Wikipedia ini:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hari_Sejarah_Nasional

So, dear #historiawarriors di seluruh dunia, dimana pun kalian berada, ingatlah bahwa perjuangan terberat kita saat ini adalah #melawanlupa . Tetap semangat, gelorakan terus cinta sejarah bangsa dan tanah air kita sampai akhir hayat! πŸ‡²πŸ‡¨πŸ˜πŸ‘πŸ™
-
-
- #harisejarahnasional #harisejarahnasional2021
#sejarah #jasmerah #PostMuseum #History #wikipedia  

Friday, December 10, 2021

ANTARA GERABAH EROPA DAN CINA

(Ario Helmy) 

Foto-foto ini diambil oleh cucu menantu KH Zainul Arifin, Trinasari Arief Adnan. Guci bermotif bunga-bunga yang kelihatannya bukan dari Cina. Jika ditelusuri koleksi gerabah Zainul Arifin tampaknya kebanyakan bukan dari Cina. 

Koleksi benda-benda seni di rumah tangga Zainul dan Hamdanah Arifin dimulai sekira akhir tahun 1950an, saat mana Zainul Arifin seringkali mengikuti rombongan kenegaraan Presiden Sukarno "titian muhibah" pasca Konferensi Asia Afrika Bandung 1955. Langlang buana tersebut bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan lamanya. Karenanya, seringkali sebelum berangkat ke luar negeri Sukarno melantik pejabat negara selaku "Acting Presiden". Misalnya Sartono, Ketua DPRGR pada 1958 dan Wakil Menteri Pertama, Ir. H. Djuanda pada 1960.

GERABAH EROPA

Saat berkunjung ke Eropa Barat dan Timur, kunjungan bukan melulu resmi kenegaraan. Ada pula yang sifatnya seni budaya sesuai dengan minat Presiden Sukarno yang begitu tinggi terhadap benda-benda seni. Di Italia, misalnya, dalam kunjungan tidak resmi rombongan dijamu acara-acara kunjungan ke museum-museum seni. Tampak cindera mata berupa vas bunga dari sana masih terpengaruh gaya romawi kuno. 

Yang menarik, beberapa gerabah Eropa lain memiliki kesamaan tema bebungaan dengan pengaruh gaya Cina. Masih kurang jelas apatah tema ini sengaja dipilih secara pribadi oleh Zainul Arifin atau memang kecenderungan desain motif tersebut sedang melanda Eropa pada kurun waktu itu.

Foto-foto guci terlampir ini masih memerlukan penelusuran lebih dalam tentang negara asal, kecenderungan motif dan tahun pembuatannya.

CINA ADA JUGA

Ada dua guci dari negeri Cina bermotif bunga-bunga dengan warna tidak lazim yaitu oranye dan merah yang masih dicoba untuk didapatkan foto-fotonya. Yang juga pernah terekam dalam foto koleksi keluarga adalah gambar Nyai Hamdanah A. Arifin memegang tas tangan bermotif kekaisaran Cina saat mengikuti acara Muslimat NU. Kemungkinan tas merupakan hadiah pribadi dari Ibu Negara Jian Qing Mao Tse Tung saat istri-istri pejabat rombongan kenegaraan melakukan "courtesy call" ke istana kepresidenan di Kota Terlarang.

Ada pula, taplak meja ukuran besar bermotif istana dinasti Cina yang kelihatannya dibeli oleh Nyai Hamdanah untuk keperluan pribadi, karena ukurannya pas dengan meja makan formal besar di rumah Jl. Cikini Raya 48, Menteng, Jakarta Pusat.

Thursday, December 9, 2021

ZAINUL ARIFIN, JAMALUDDIN MALIK DAN ASRUL SANI

(Ario Helmy) 

"Kakek kamu itu sahabatnya, Asrul Sani. Ini istrinya, " terang Ninik Elly Jamaluddin kepadaku, memperkenalkan seorang ibu yang berdiri di sebelahnya dalam sebuah pesta perkawinan keluarga. Aku lantas juga mencium tangan "Ninik" Asrul Sani yang duduk di sebelah Ninik Elly. Sesungguhnya aku sudah mendengar tentang persahabatan Kakek Zainul Arifin dengan Jamaluddin Malik dan Asrul Sani. Hanya saja aku lebih dekat dengan keluarga Jamaluddin Malik. Asrul Sani hanya kukenal dari kejauhan, manakala ada acara-acara keluarga di rumah Aki Jamal di Jl. Cianjur, Menteng.
Riwayat keakraban mereka bertiga kudengar dari paman atau bibiku. 

"Ayah sering memasang layar tancap di rumah Cikini, " Om Firman Arifin pernah bercerita padaku. 
"Dulu, bioskop masih jarang dan harga tiketnya masih mahal, "sambungnya, " Layar tancap di pasang Ayah supaya para pengawal, ajudan, pembantu, sopir, bisa menonton film layar lebar. Televisi kan juga belum ada waktu itu."
Kiai Zainul Arifin sendiri juga sangat terkesan ketika ikut serta dalam rombongan kenegaraan pimpinan Presiden Sukarno melawat ke Amerika Serikat tahun 1956. Dalam muhibah tersebut rombongan sempat mengunjungi pusat perfileman dunia Hollywood di Los Angeles. Selain menyambangi studio film terkenal dan terbesar kala itu di dunia, MGM, seluruh rombongan juga disambut serta dijamu bintang-bintang Hollywood papan atas zaman itu seperti Gregory Peck, Elizabeth Taylor, dan Marilyn Monroe. 

"Ayah sudah aktif terjun dikegiatan panggung sandiwara sejak masih sangat belia Dan masih tinggal di Sumatera, " cerita Zuhara Arifin, salah satu putrinya, "Jadi begitu era perfileman tiba, Ayah mengikutinya dengan antusias. "

"Asrul Sani menjadi yang paling menonjol dari tiga serangkai seniman santri sekaligus aktivis di PBNU itu," ungkap Elly Jamaluddin Malik, "karena dia sempat belajar sinematografi di AS."

Karena ketiganya sama-sama berangkat dari dunia teater, mereka kemudian seringkali berdiskusi tentang seni panggung dan film di studio Perfini yang didirikan Usmar Ismail pada 1950. Asrul Sani, Jamaluddin Malik dan Zainul Arifin akhirnya ikut pula membidani Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Islam) NU. Meskipun Zainul Arifin tidak sampai merambah dunia film sebagaimana kedua sahabatnya itu, namun minatnya terhadap dunia film terus terpelihara. Diapun menjadi politisi NU pecandu film. 
Kemudian hari, Zainul Arifin ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 1963, sedangkan Jamaluddin Malik mendapatkannya pada 1973.Tahun 2021 ini giliran Asrul Sani dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.


Wednesday, December 8, 2021

PRESIDEN SUKARNO DI KOTA BIDADARI

(Ario Helmy)

Mengenang hari kelahiran tokoh kartun dan Taman Hiburan dunia Walt Disney pada 5 Desember 2021 kemarin, kita ulik kembali sejarah kunjungan kenegaraan Presiden Sukarno dan rombongan kenegaraan ke8 Amerika Serikat pada 1956. KH Zainul Arifin ikut serta dalam rombongan kecil tersebut.

Menuju Pantai Timur
Usai menyaksikan keindahan Grand Canyon di negara bagian Arizona, rombongan kenegaraan RI diterbangkan menggunakan pesawat terbang militer ke Pantai Timur, tepatnya ke Kota Bidadari Los Angeles di negara bagian California.

Di Los Angeles, Presiden Sukarno mengawali kunjungan dengan menyapa murid-murid SMA Susan Miller Dorsey, kemudian rombongan meninjau  studio film terkemuka dunia Metro Golden Meier (MGM) disambut langsung oleh tokoh perfileman AS, Eric Johnston.

Berikutnya, giliran Taman Hiburan Disneyland di Anaheim disambangi. Walt Disney sendiri menyambut kedatangan rombongan di Disneyland yang baru tahun sebelumnya dibuka untuk umum. Tidak ayal lagi, sejarah kemudian mencatat Sukarno sebagai kepala negara pertama dunia bertandang ke Disneyland.

Di Disneyland, seluruh anggota rombongan menaiki aneka sarana permainan seperti wahana gajah terbang, "Dumbo" dan "Boom-Boom Car". Presiden naik bersama putra sulungnya, Guntur yang tampak begitu semringah seperti dapat dilihat dari tayangan foto-foto dan video. Guntur Sukarnoputra juga sempat bertemu langsung dengan tokoh film Western terkenal, Johnny Wayne yang mengajarinya melemparkan lasso dan memberinya hadiah sepatu bot khas koboi Amerika.

Marilyn dan Sang Pangeran
Malam harinya, digelar jamuan kehormatan "bertabur Bintang" dituan rumahi Eric Johnston untuk menghormati rombongan RI yang dihadiri pula oleh bintang-bintang Hollywood seperti Ronald dan Nancy Reagan (kelak menjadi Presiden dan Ibu Negara AS), Randolf Scott, Gregory Peck, Elizabeth Taylor, Joan Crawford, Elvis Presley dan Marilyn Monroe. Marilyn Monroe model pertama majalah Playboy dengan polosnya menyapa Presiden Sukarno, "Yang Mulia Pangeran".
Dari Kota Bidadari rombongan kenegaraan berpindah menuju Kota San Francisco, masih di California. 


Monday, November 29, 2021

Merah Putih Podcast Tentang Biografi KH Zainul Arifin 27 November 2021 (2)

Merah Putih Podcast tentang Biografi KH Zainul Arifin










KH ZAINUL ARIFIN & NAHDLATUL ULAMA(2)

Oleh: Ario Helmy

"Dengan kepemimpinan KH Zainul Arifin yang piawai dalam mengelola forum sehingga sidang menjadi sangat efektif dan produktif menghasilkan beberapa keputusan penting mulai masalah pokitik, pengembangan ekonomi riil dan perbankan, serta penentuan pakaian khas bagi Muslimat NU." (DZ: p.52).

MAJELIS KONSUL DAN MIAI

Setelah Muktamar ke 13 di Menes berlangsung sukses, kedudukan KH Zainul Arifin meningkat pesat. Sebentar saja Arifin sudah diamanahi sebagai Ketua Majelis Konsul Batavia yang membawahkan semua Pengurus Cabang NU di kawasan Batavia. Namanya semakin kondang di kalangan kiai-kiai NU di Betawi dan Jawa Barat. Sedangkan PBNU memberinya tugas yang semakin menantang pula. Zainul ditugasi ikut mewakili NU di MIAI, Majelis Islam A'la Indonesia, sebuah federasi ormas Islam di seluruh Hindia Belanda.

MIAI didirikan atas inisiatif NU dan Muhammadiyah sebagai reaksi atas campur tangan pemerintah kolonial yang terlalu jauh terhadap syariat Islam. Kebijakan Belanda membentuk Undang-Undang perkawinan pada tahun 1937, misalnya, dipandang bertentangan dengan syariat islam, sehingga Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah berreaksi dengan mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada 21 September 1937 di Surabaya dengan melibatkan 13 ormas Islam. Federasi yang diketuai KH Wahid Hasyim ini sempat berkiprah di bidang politik di penghujung penjajahan Belanda. MIAI pernah berkongres tiga kali dimana KH Zainul Arifin ikut berperan di dalamnya sebagai wakil NU, sebelum akhirnya federasi ini dibekukan sementara senyampang masuknya Jepang ke Hindia Belanda pada 1942.

TIGA KONGRES MIAI

Kongres MIAI disebut juga Kongres Al-Islam pertama dilaksanakan 26 Februari-1 Maret 1938 di Surabaya. Dalam kongres perdananya  ini selain dibahas Undang-Undang Perkawinan yang diajukan pemerintah, juga disidangkan antara lain: soal hak waris umat Islam, raad agama, permulaan bulan puasa, dan perbaikan perjalanan haji.

Dalam Kongres MIAI II dikaji ulang UU Perkawinan secara lebih mendalam ditambah dengan tanggapan atas terbitnya artikel dalam suatu media massa yang dianggap menghina Islam. Untuk itu dibentuk Komisi Pembelaan dimana Zainul Arifin ikut duduk di dalamnya. Berpengalaman sebagai pengacara Pokrol Bambu, Arifin dipandang layak terlibat dalam komisi ini. 

Kongres terakhir Al-Islam MIAI ketiga digelar di Solo 7-8 Juli 1941. Beberapa materi diantaranya: peningkatan layanan perjalanan haji, tempat shalat di Kereta Api, penerbangan

Thursday, November 25, 2021

Selamat Hari Guru Nasional 2021

Setelah berhenti bekerja sebagai amtenar (pegawai negeri) di gemeente (pemda) Batavia sekira tahun 1932, KH Zainul Arifin Pohan kemudian mengajar di SD Perguruan Rakyat dekat rumahnya di Bukit Duri.

Sekolah didirikan tak lama setelah Sumpah Pemuda dikumandangkan, tepatnya 11 Desember 1928 sebagai gabungan dari Pustaka Kita dan Perhimpunan Untuk Belajar oleh PNI Jakarta. Duduk di Bagian Pengurus sekolah Mr. M. Yamin. Sedangkan diantara nama-nama pada bagian Pengawas terdapat nama M.H. Thamrin, atasan Zainul Arifin di PDAM Batavia. 

Hingga kini SD Perguruan Rakyat tetap berdiri di lokasi dengan alamat lengkap: 
Jl. Kp. Melayu Kecil I No.38, RT.6/RW.10, Bukit Duri, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12840. Sayangnya, hingga hari ini sekolah bersejarah ini masih sering dilanda banjir di musim hujan.

Saturday, November 20, 2021

KH Zainul Arifin, KH Saifuddin Zuhri, KH Masykur

#khzainularifin #khmasykur #nahdlatuloelama #nahdlatul_ulama #panglimasantri #panglimasantriikhlasmembangunnegeri #nuonline #nuonline_id

Wednesday, November 10, 2021

Kilas Balik Hari Pahlawan Nasional 2019

Kilas Balik 
Pengangkatan KH Masykur Sebagai Pahlawan Nasional

Ario Helmy

Bagi keluarga besar Pahlawan Kemerdekaan Nasional KH Zainul Arifin, pencalonan mitra pejuang dakwah, militer dan politik KH Masykur sebagai Pahlawan Nasional merupakan kabar yang sudah lama dinanti-nantikan. Kiai Masykur bahu membahu dengan Zainul Arifin berjuang lewat laskar santri Hizbullah di mana Arifin merupakan panglimanya dan laskar Kiai Sabilillah di bawah komando Kiai Masykur. Di bidang politik kedua kiai berbagi tugas dengan Kiai Masykur di lembaga eksekutif sebagai Menteri Agama dan Zainul di legislatif bermula sebagai anggota Badan Pekerja KNIP hingga menjadi Ketua DPRGR menjelang akhir hayat.  

LATIHAN PERANG TANAH LIAT

Zainul Arifin dan Kiai Masykur adalah lulusan pelatihan semi militer Hizbullah angkatan pertama di Cibarusah yang berlangsung tiga bulan lamanya awal tahun 1945 diikuti sekira 500 tokoh pemuda santri. Latihannya berdisiplin tinggi dan sangat berat. Yang diulang-ulang ialah latihan perang-perangan dengan senjata dari kayu. Selain itu juga dilatihkan teknik perang gerilya dan pembuatan bom molotov. Dilangsungkan di daerah bertanah liat pelbagai kesulitan medan dan penyakit malah menguatkan fisik dan mental baja para pesertanya. Dibekali semangat Bushido ala Jepang, rasa cinta tanah air dan semangat bela negara menggelora di antara para peserta. Selesai pelatihan angkatan pertama, Zainul Arifin dan Masykur berpisah karena berbagi tugas. Kiai Masykur dan Wahid Hasyim menjadi anggota BPUPKI guna mempersiapkan Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sedangkan Zainul Arifin selaku Panglima Hizbullah bertugas mengomandani pelatihan spiritual di Mesjid Kauman, Malang. 

Pasukan Santri Hizbullah digembleng kedisiplinan spiritual langsung di bawah Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, Wahab Chasbullah dan kiai-kiai sepuh lainnya. Sementara di BPUPKI persiapannya apabila pemindahan kekuasaan berlangsung damai, pelatihan spiritual Hizbullah di Malang siaga mengantisipasi jika peperangan harus berlangsung demi merebut kemerdekaan yang sudah di depan mata. Begitu tekun dan disiplin pasukan Hizbullah bertekad bulat menyiapkan diri untuk berjihad, sampai-sampai para pesertanya tidak menyadari kalau Proklamasi Kemerdekaan sudah dikumandangkan Sukarno.

Tuesday, November 9, 2021

Kilas Balik Hari Pahlawan 2020

NASUTION, ARIFIN, DAN KONFLIK ACEH

Ario Helmy

Pagi hari 10 November 2020 di Istana Negara Presiden Joko Widodo menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada 6 tokoh pejuang bangsa: Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara, Machmud Singgirei Rumagesan, Raja Sekar dari Provinsi Papua Barat, Jenderal Polisi (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo dari Provinsi DKI Jakarta, Arnold Monotutu dari Provinsi Sulawesi Utara, MR. Sutan Mohammad Amin Nasution dari Provinsi Sumatera Utara, Raden Mattaher Bin Pangeran Kusen Bin Adi dari Provinsi Jambi.

PUTRA SUMATERA UTARA

Adapun MR. SM Amin Nasution merupakan Pahlawan Nasional asal Provinsi Sumatera Utara setelah: Sisingamangaraja XXI, T.Amir Hamzah, Adam Malik, Djamin Ginting,T.B Simatupang, Abdul Harris Nasution, Dr. Ferdinand Lumbantobing, KH Zainul Arifin, Mayjend DI Panjaitan, Kiras Bangun, Prof. Drs. Prof. Drs. Lafran Pane.

SM Amin Nasution sendiri dicatat sejarah sebagai tokoh pergerakan Sumpah Pemuda, aktivis ulung, pengacara dan penulis. Dia lahir di Aceh Besar Provinsi Aceh pada 22 Februari 1904 dan meninggal di Jakarta, 16 April 1993, dalam usia 89 tahun. 

Data dari Kementerian Sosial sebagaimana dikutip Detik.com dan Kompas.com menunjukkan SM Amin Nasution pernah menjabat Gubernur Sumatera Utara, Aceh dan Riau, pada awal kemerdekaan yaitu pada tahun 1947 hingga 1949. Hingga akhirnya ia ditunjuk kembali menjadi Gubernur Sumatera Utara yang pertama setelah wilayah Sumatera Utara pecah menjadi tiga provinsi pada 1953. SM Amin juga merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam sejarah pergerakan pemuda.

Dia aktif dalam organisasi Jong Sumatranen Bond (JSB) yang merupakan perkumpulan yang bertujuan untuk mempererat hubungan di antara murid-murid yang berasal dari Sumatera. Amin merupakan figur penting dalam menyatukan gerakan kepemudaan daerah ke dalam Komisi Besar Indonesia.

Sebagai aktivis Jong Sumateranen Bond, Amin menjadi salah satu tokoh yang mengonsepkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Selain aktif di organisasi kepemudaan, SM Amin juga seorang penulis yang cukup produktif. Dia menggunakan nama pena Kreung Raba Nasution. Sekira 12 buku tentang hukum, politik dan pemerintahan telah dihasilkannya.

Dari Presiden Sukarno, Amin menerima anugerah Satya Lantjana Peringatan Perdjoeangan Kemerdekaan RI 1961, sementara Presiden Suharto menganugrahi penghargaan Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia dan Bintang Jasa Utama pada 1991. SM Amin Nasution juga memperoleh Bintang Mahaputra dari Presiden BJ Habibie pada 1998 dan Bintang Mahaputra Adipradana oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2009.

AMIN NASUTION DAN ZAINUL ARIFIN

Dalam lintas panggung sejarah kedua pahlawan nasional dari Sumatera Utara Amin dan Nasution dan KH Zainul Arifin pernah saling bertemu dalam upaya penyelesaian konflik yang terjadi di kawasan Aceh dan Sumatera Utara sekarang.

Peristiwanya terjadi manakala Zainul Arifin menjabat wakil perdana menteri (waperdam) dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo 1 tahun 1953. Sebagai waperdam, sejak awal KH Zainul Arifin sudah harus menangani banyak persoalan bangsa, utamanya problem gerakan-gerakan separatis berbasis Islam ekstremis yang gencar menuntut sistem khilafah diberlakukan di Indonesia. Yang paling menonjol adalah DI/TII di Jawa Barat, Darul Islam di Aceh dan di Sulawesi Selatan. Di sini yang akan diuraikan adalah pemberontakan DI di Aceh. 

GANTI GUBERNUR

Koran berbahasa Belanda yang terbit di Jakarta sebagaimana dilansirkan NU Online melaporkan: 

De nieuwsgier, 28-09-1953: 

‘Hari Minggu, Wakil Perdana Menteri II, Zainul Arifin dan rombongan bertolak dengan pesawat ke Medan. Mereka hanya ke Aceh dan mereka tidak memberi komentar ketika diminta wartawan. Komandan territorial Sumatra Utara (Kol. Simbolon) hari Jumat telah mengumumkan press release tentang kronologi peristiwa di Aceh. Beberapa pelanggaran hukum dari kelompok kecil yang dipimpin oleh Teungku Daud Muhammed Beureuh. Dalam pamphlet yang ditemukan di Kota Radja berbunyi dan ditandatangani Gubernur Militer 'Negara Islam Indonesia di Aceh’. 

Harian yang sama juga melaporkan, Menhan Iwa Kusuma Sumantri dan Menag KH Masykur segera menyusul ke Medan untuk menenangkan suasana di bawah supervisi KH Zainul Arifin. Hasilnya pemerintah pusat menyetujui pergantian gubernur Sumatera Utara dari Abdul Hakim Harahap ke SM Amin Nasution. Amin Nasution yang meskipun berdarah Mandailing namun  kelahiran Krueng, Banda Aceh dan fasih berbahasa Aceh. Dalam pendekatannya dalam upayanya meredakan suasana konflik, Zainul Arifin juga menggunakan pendekatan kekerabatan lewat jalur keluarga ibundanya yang kebetulan Boru Nasution. Lewat pengangkatan Amin Nasution sebagai gubernur lagi, pemerintah nengharapkan dia dapat meredakan pemberontakan di Aceh lewat pendekatan kekeluargaan.

Monday, November 8, 2021

Selamat Hari Pahlawan 10 November 2021

Pahlawan dari Berbagai Suku, Bukti NU Menyebar ke Seluruh Nusantara

Kendi Setiawan
Ahad, 7 November 2021 | 11:00 WIB BAGIKAN:

Jakarta, NU Online


Penelitian oleh tim sejarah Nahdlatul Ulama yang dipimpin Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H Abdul Mun'im Dz, mengemukakan bahwa Resolusi Jihad yang diserukan PBNU pada 22 Oktober 1945 dan 29 Maret 1946 menggema ke seluruh Nusantara. Akibatnya, terjadi perang semesta melawan penjajah hingga tercapai kemerdekaan Republik Indonesia.   

"Semua ini menunjukkan bahwa kaum santri yang bergabung dalam NU berperan besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan," kata H Abdul Mun’im Dz, Ahad (7/11/2021).

Ia juga mengungkapkan, perjuangan ini tidak hanya melahirkan para syahid, tetapi juga melahirkan pahlawan yang diakui secara nasional. “Terbukti, hingga saat ini NU telah melahirkan 11 Pahlawan Nasional,” imbuh penulis buku Fragmen Sejarah NU ini.   Adapun 11 Pahlawan Nasional tersebut adalah:

1. KH M Hasyim Asy’ari dari Suku Jawa. Ia adalah pendiri NU, Panglima Tertinggi Laskar Santri yang terdiri dari Barisan Kiai, Laskar Hisbullah, dan Laskar Sabilillah. Kiai Hasyim Asy’ari mendapat gelar Pahlawan Naisonal RI berdasarkan SK Presiden RI No 294 November 1964.

2. KH A Wahid Hasyim, suku Jawa. Ia adalah Ketua Umum PBNU, berjuang melawan penjajah. Semasa hidupnya pernah menjadi anggota BPUPKI, perumus Pancasila hingga Menteri Agama RI. Kiai Wahid Hasyim mendapatkan gelar Pahalawan Nasional RI berdasarkan SK Presiden RI No. 206 Agustus 1964.

3.    KH Zainul Arifin Pohan, suku Batak. Ia adalah Komandan Hizbullah. Kiai Zainul Arifin pernah mengemban amabah sebagai Ketua PBNU dan Anggota Konstituante. Ia juga pernah menjadi Wakil Perdana Menteri RI. Berdasarkan SK Presiden RI No. 35, 4 Maret 1963 ia mendapatkan gelar Pahlawan Nasional RI.  

4.    KH Zainal Mustofa berasal dari Sunda. Ia pernah mengemban amanah sebagai Ketua PCNU Singaparna. Kiai Zainal Mustofa gugur sebagai syahid dalam perjuangan melawan penjajah Jepang. Ia mendapatkan gelar Pahlawan Nasional RI berdasarkan SK Presiden RI No. 064, November 1972.  

5.    H Andi Mappanyukki dari Suku Bugis. Ia adalah Raja Bone dan pendiri NU Sulawesi Selatan. H Andi Mappanyukki berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang pada tahun 1945-1949. Ia mendapatkan gelar Pahlawan Nasional RI berdasarkan (SK. Presisen RI No. 089, 5 November 2004.

6.    H Andi Djemma berasal dari Suku Luwu dan pernah menjadi Raja Luwu. H Andi Djemma adalah pendiri NU Sulawesi Selatan. Ia berjuang melawan penjajah Belanda 1946-1948. Ia mendapatkan gelar Pahkawan Nasional RI berdasarkan SK. Pres RI No. 073, 6 November 2002.

7.    KH Wahab Chasbullah dari Suku Jawa. Kiai Wahab adalah seorang pendiri NU pernah menjadi Komandan Barisan Kiai yang berjuang melawan penjajah pada1926-1949. Kiai Wahab pernah menjadi Anggota Konstituante RI, lalu Anggota DPA RI dan komandan melawan PKI 1965. (SK Presiden RI, November 2014), Kiai Wahab mendapatkan gelar Pahlawan Nasional RI.

8.    KH As’ad Syamsul Arifin. Berasal dari Suku Madura, Kiai As’ad juga salah seorang pendiri NU. Kiai As’ad berperang melawan penjajah pada 1945-1949, menjadi anggota Konstituante RI. Kiai As’ad mendapatkan Gelar Pahlawan Nasional RI berdasarkan (SK Presiden RI No 91, November 2016).  

9.    KH Idham Chalid dari Suku Banjar adalah Ketua Umum PBNU 1956-1984, termasuk Pejuang Kemerdekaan. Ia menjadi Wakil Perdana Menteri RI dan Ketua MPR RI. Kiai Idham Chalid mendapatkan gelar Pahlawan Nasional RI berdasarkan SK Presiden No 113 tertanggal 7 November 2011.  

10.    KH Sam’un, asal Suku Banten. Ia pernah mengemban Amanah sebagai Ketua PCNU Serang. Kiai Sam’un adalah seorang pejuang yang turut melawan penjajah 1945-1949. Kiai Sam’un mendapatkan gelar Pahlawan Nasional RI berdasarkan (SK. Presiden RI, 8 November 2018).  

11.    KH Masykur berasal dari Suku Jawa, adalah seorang Komandan Laskar Sabilillah. Ia pernah mengemban amanah Ketua Umum PBNU, Anggota BPUPKI, Perumus Dasar Negara, Anggota Konstituante RI hingga menjadi Menteri Agama RI. Kiai Masykur meendapatkan gelar Pahlawan Nasional RI berdasarkan SK Presiden  pada 8 November 2019.    

Data tersebut, kata Mun’im, selain menunjukkan peran besar Kaum Santri dalam memperjuangkan dan mempertahaknan kemerdekaan RI, juga menunjukkan kebesaran NU.   

"Bahwa NU tidak hanya berkembang di Jawa. Akan tetapi, juga berkembang di seluruh bumi Nusantara. Terbukti para tokoh dan pahlawannya terdiri dari berbagai suku yang ada di Indonesia,” imbuhnya.    Menurut dia, masih banyak lagi tokoh yang akan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional sesuai dengan perjuangan yang mereka perankan dalam memperjuangkan berdirinya Republik Ini.  

Pewarta: Kendi Setiawan Editor: Musthofa Asrori  

Sumber: https://nu.or.id/nasional/11-pahlawan-dari-berbagai-suku-bukti-nu-menyebar-ke-seluruh-nusantara-gF73b
Sumber: https://nu.or.id/nasional/11-pahlawan-dari-berbagai-suku-bukti-nu-menyebar-ke-seluruh-nusantara-gF73b

Sumber: https://nu.or.id/nasional/11-pahlawan-dari-berbagai-suku-bukti-nu-menyebar-ke-seluruh-nusantara-gF73b
Sumber: https://nu.or.id/nasional/11-pahlawan-dari-berbagai-suku-bukti-nu-menyebar-ke-seluruh-nusantara-gF73b


Friday, October 15, 2021

KH ZAINUL ARIFIN IKUT ROMBONGAN PRESIDEN SUKARNO KE THAILAND

Ario Helmy

Tanggal 13 Oktober, 4 tahun lalu raja Thailand Bhumibol Adulyadej mangkat setelah memerintah selama 70 tahun. Sang Raja yang naik tahta sejak 1946 ini berpulang dalam usia lanjut, 88 tahun. Sebagai Kepala Negara satu-satunya di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah bangsa asing ini, Paduka Raja sangat dicintai rakyatnya. Adulyadej juga merupakan sahabat Presiden Sukarno.

DIJAMU RAJA
.
KH Zainul Arifin, selaku Ketua DPR-GR dari Partai NU, disertai istrinya, Nyai Hamdanah Arifin, pernah bertemu dengan Raja Bhumibol saat ikut dalam rombongan Presiden Sukarno berkunjung kenegaraan ke Negeri Gajah Putih itu. Kunjungan tersebut sebagai balasan atas kedatangan Raja berjuluk Rama X itu pada tahun 1957 dan 1960. Rombongan Presiden Sukarno melakukan kunjungan kenegaraan ke Thailand selama 5 hari di tahun 1961 dengan tema perjalanan muhibah: "Membawa USDEK ke Empat Benua". 

Hari Minggu, 16 April 1961 rombongan tiba di bandara Don Mueang dan disambut langsung oleh Raja Bhumibol. Setelah memeriksa Barisan Kehormatan, Raja kemudian memperkenalkannya ke pejabat-pejabat pemerintahan dan anggota Korps Diplomatik. Dari Bandara rombongan dikawal pasukan berkuda menuju Istana Agung Chitralada disambut oleh Walikota Bangkok. 

SANTAP SIANG DI ATAS PERAHU

Di Istana diselenggarakan jamuan kenegaraan dimana Sukarno memperkenalkan para menteri yang mendampinginya termasuk Wakil Menteri Pertama (Wampa) Ketua DPRGR KH Zainul Arifin.  Perjamuan diisi acara hiburan berupa pertunjukkan tarian klasik Thailand. Keesokan harinya Presiden dan rombongan meletakkan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan. 

"Siangnya, rombongan Presiden dijamu lagi berupa makan siang di atas perahu kerajaan menyusuri sungai yang membelah kota Bangkok," ungkap Nyai Hamdanah. Selanjutnya, kunjungan kenegeraan termasuk mengunjungi Chiang Mai. Di sana rombongan disambut oleh Ratu Sirikit sang permaisuri yang dinikahi Raja Bhumibol tahun 1950. Keduanya bertemu dan berkenalan ketika sama-sama sedang belajar di Eropa. Sirikit adalah putri Duta Besar Thailand untuk Inggris. 

"Ratu Sirikit sangat cantik jelita dan istana-istananya beΔ£itu megah berlapis emas," kenang Hamdanah pula.Sebelum meninggalkan Bangkok, Presiden Sukarno mengadakan jamuan balasan bagi Raja dan Permaisuri.

Rakyat Thailand begitu menghormati Presiden Sukarno mereka membuatkan patung lilin Bapak Proklamator sebagai atraksi di Museum Madam Tussaud, Bangkok.

(Sumber: ANRI Arsip Non Kertas)

Friday, October 8, 2021

Ucapan Terima Kasih

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Terima kasih atas perhatian, doa, serta dukungan lahir batin, dari sanak saudara dan handai tolan yang terlalu banyak untuk kami sebutkan satu per satu, atas berpulang ke rahmatullah

Hj. Siti Zuraida Fatma Arifin
binti
KH Zainul Arifin

(17 September 1934 - 5 Oktober 2021)

di Jakarta dan telah dikebumikan di TPU Jeruk Purut Jakarta, 6 Oktober 2021

Semoga Allah SWT membalas keluhuran budi Bapak/Ibu/Saudara sekalian.

Aamin yra

W assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Keluarga Besar Hj. Siti Zuraida Fatma Arifin (M.Hanafie Radjab)
Keluarga Besar KH Zainul Arifin
Keluarga Besar Radjab