Total Pageviews

Saturday, January 8, 2011

GUS DUR: Patriotisme KH Zainul Arifin Patut Diteladani



Ditulis pada 30 November 2009.

NU Online

Patriotisme perjuangan dari Panglima Hisbullah KH Zainul Arifin patut diteladani, khususnya bagi generasi muda saat ini. Demikian ditegaskan Ketua PBNU KH Musthofa Zuhad Mughni dalam perbincangan dengan Republika di Jakarta, Rabu (25/11). ”Para pahlawan bangsa telah mengorbankan segala yang dimilikinya untuk merebut kemerdekaan dan berusaha menyejahterakan seluruh rakyat. Salah satunya dilakukan oleh Panglima Hisbullah KH Zainul Arifin. Patriotisme perjuangan beliau patut diteladani,” tegas kiai Musthofa.

Ditambahkan Kiai Musthofa bahwa KH Zainul Arifin adalah pahlawan yang turut memperjuangkan tegaknya Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia behadapan dengan kekuatan-kekuatan lain yang ingin menghancurkan Islam. ”Beliau telah mempertaruhkan banyak hal sepanjang hidupnya untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Termasuk memperjuangkan Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah dari gempuran kelompok-kelompok yang anti Islam,” katanya.

Lebih lanjut, Musthofa menyatakan rasa syukur dan terima kasihnya kepada keluarga dan keturunan KH Zainul Arifin yang tetap melanjutkan perjuangan Anggut (kakek) mereka. Musthofa berpesan, agar jalinan silaturrahim antara PBNU dan keluarga serta keturunan KH Zainul Arifin tetap dapat dilanjutkan.

”Tentu kita berharap persatuan dan kesatuan di antara keturunan tokoh-tokoh NU tidak pupus begitu saja. Kita berharap agar jalinan perjuangan yang telah dirintis oleh para pendahulu, ini dapat diteruskan oleh generasi selanjutnya untuk menegakkan izzul Islam wal Muslimin (kejayaan Islam dan kemuliaan umatnya red.),” tegasnya.

Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menegaskan bahwa sebagai warga bangsa, seseorang atau sekelompok masyarakat tidak boleh berfikir untuk memutus kesejarahan dan kepahlawanan terdahulu. ”NU mengenal istilah jalur syuyukhiyah yang mengharuskan seseorang untuk selalu berhubungan dengan masa lalunya. Sejarah tak boleh dilupakan, bahkan sejarah perjuangan patrotisme patut diteladani,’ tegas KH Hasyim Muzadi.

Dikatakan kiai Hasyim, warga Nahdliyyin harus mengenal para tokoh pendahulunya dengan konperehensif. Bukan hanya di bidang jasa atau jabatan saja, tetapi juga di bidang keilmuan dan filsafat. ”Kalau kita bicara mengenai KH Zainul Arifin, tentu bicara pada kiprah beliau di bidang kejam’iyahan dan kebangsaan. Posisi Wakil Perdana menteri dan Ketua DPRGR menunjukkan bahwa KH Zainul Arifin adalah eksponen bangsa yang tak bisa diabaikan,” ungkapnya.

Menurut Kiai Hasyim, faktor ketokohan yang disambung kebangsaan akan menjelma menjadi kejuangan melalui proses politik dan kebangsaan. Sehingga idealisme seorang tokoh menjadi selalu termanifestasikan ke dalam seluruh aspek perjuangannya. ”Kita semua tahu bahwa jalur politik di masa-masa awal kemerdekaan adalah jalur politik idealis. Politik yang berdasarkan idealisme kepahlawanan dan kenegaraan, sama sekali bukan politik interest atau politik pragmatis. Jadi kalau ada orang yang tampil pada waktu itu, maka artinya ia adalah benar-benar pahlawan bagi negara ini,’ tutur Kiai Hasyim.



Pernyataan senada dilontarkan sesepuh Nahdlatul Ulama, KH Ali Yafie. Menurutnya, KH Zainul Arifin merupakan salah sati tokoh penting yang mewariskan banyak keteladanan. ”Salah satu di antara keteladanan yang harus diwarisi oleh warga Nahdliyin, terutama para aktivisnya, adalah pengabdian dan komitmen KH Zainul Arifin untuk berjuang demi terwujudnya cita-cita bersama,” katanya.

Kiai Ali Yafie berharap peringatan seratus tahun KH Zainul Arifin yang diselenggarakan oleh Lajnah Ta’lief wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) dapat dijadikan momentum bagi warga NU dan seluruh komponen bangsa untuk meneruskan perjuangan para pendahulu yang telah membangun negeri ini. ”Saya berharap, peringatan ini dapat menyatukan kembali tekad para penerus bangsa yang selama ini mungkin telah mulai tercerai-berai atau mulai mengendur,’ tandasnya.

No comments: