Total Pageviews

Sunday, September 5, 2021

BULAN KAHAZA: PERINGATAN HARLAH KH ZAINUL ARIFIN ke 112 (2 September 1909 - 2 September 2021)

PAHLAWAN KEHILANGAN (JUGA) TANDA JASA (INTERNASIONAL) 

Ario Helmy 

Penelusuran saya sebagai cucu dan biografer kakek maternal saya, Pahlawan Nasional KH Zainul Arifin, akan bintang-bintang jasa yang diterimanya dari pemerintah Indonesia hanya terbatas berdasar catatan di atas kertas peninggalan Almaghfurlah Ibu. Bintang-bintang tanda jasa yang konon berlapis perak dan emas itu tidak pernah saya lihat wujud nyatanya. 

BINTANG KERTAS INTERNASIONAL 

Di sisi lain, walaupun penghargaan dari mancanegara juga sebagian besar belum pernah saya saksikan dengan mata kepala sendiri, setidaknya ada dua penghormatan yang setahu saya hingga kini masih ada: dari Arab Saudi dan Mesir. Dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi berupa pedang emas Zambea yang diterima KH Zainul Arifin dalam kapasitasnya sebagai Wakil Perdana Menteri memang pernah saya lihat. Setahu saya Zambea tersebut kinipun masih ada disimpan oleh salah satu keturunannya. Satu lagi yang saya juga pernah lihat adalah Al Quran yang dicetak keseluruhannya di atas kertas linen hadiah dari Imam Universitas Al Azhar, manakala Zainul Arifin mendampingi Kepala Negara Presiden Sukarno selaku Wakil Kepala Pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I berkunjung ke Negeri Piramid. Sedangkan bintang Niyez dari pemerintahan Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir) luput dari temuan penelitian saya. 

Dalam daftar tertulis terdata hanya 2 negara lain yang juga pernah menganugrahi penghargaan kepada Arifin. Masing-masing Amerika Serikat dan Uni Soviet. Bagaimana wujud dan kedudukan bintang-bintang itu tidak dapat saya uraikan lebih jauh lagi. 

Saya sendiri merasa penasaran dari sekian banyak negara yang dikunjungi sebagai pejabat negara, kenapa hanya sedikit sekali yang mengganjar Zainul Arifin dengan tanda kehormatan. Cina, misalnya pemerintah pertama yang mengirimkan kawat duka cita ketika KH Zainul Arifin wafat, menyampaikan ucapan duka cita sekalian ungkapan penghargaan peran Zainul dalam memelihara persahabatan Cina - Indonesia, agak janggal bila negara ini tidak menyematkan bintang penghargaan bagi Kakek, saat rombongan kenegaraan RI ke sana sampai 15 hari. 

Hal ini, menyita perhatian saya karena ternyata ada satu bintang yang diterima Arifin dari Kepala Gereja Katolik Dunia, Paus Pius XII, saat menyertai Presiden Sukarno melakukan kunjungan kenegeraan ke Italia dan Tahta Suci Vatikan pada 1956. Tanda kehormatan ini juga luput dari daftar di atas kertas. 

(Bersambung)





No comments: