Total Pageviews

Wednesday, August 18, 2021

KH Zainul Arifin Ikut Langlang Buana Dengan Sukarno

Saya duduk di kursi paling kiri, persis di depan monitor pesawat pemirsa kaset VCR berisi rekaman reel kuno mengenai kunjungan Presiden Sukarno ke sepuluh negara peserta Konferensi Asia Afrika di Bandung 1955. Di tengah ruangan duduk petugas pembawa arsip non-kertas yang juga tekun memandang ke layar monitor. Di sebelahnya, petugas pemutar VCR menanyakan kecepatan film sambil menerangkan cara mencatat potongan film berdasarkan hitungan menit untuk kepentingan dokumentasi. Saya ingin mencari bukti bahwa: kakek saya, pahlawan kemerdekaan nasional, Pahlawan Nasional KH Zainul Arifin 1909 - 1963 ikut dalam rombongan Presiden. Karena bukti foto-foto kuno berukuran 10R berisi kegiatan-kegiatan kunjungan Presiden ke Eropa Timur yang pernah menjadi koleksi keluarga kami hilang entah kemana, saat kami sekeluarga pindah tinggal di AS karena Ibu bertugas di sana.

Layar monitor menunjukkan film kegiatan rombongan Presiden di Maroko. Tanpa suara. Namun cukup informatif. Sebagai jeda antar negara-negara yang disinggahi ditunjukkan peta dengan gambar pesawat terbang kecil bergerak sesuai jadwal kunjungan.

"Nah, itu dia!" seru saya. Lega. Anggut (panggilan saya ke Kakek) disorot dari jarak dekat dalam acara jamuan makan siang.

"Saya ulangi, ya Pak! Sambil saya lambatkan." kata petugas pemutar film. Saya mengangguk, bersiap mencatat hitungan menit film.

Di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia berlokasi di Jl. Ampera Raya No 7, Cilandak Timur, Jakarta Selatan itu bukti-bukti sejarah siap diakses guna disunting menjadi hikayat perjalanan negeri ini menjadi suatu bangsa merdeka dan berdaulat seperti adanya sekarang ini. 

Saya sendiri sebagai biografer Anggut KH Zainul Arifin sudah bisa menambahkan dalalm edisi revisi buku Biografi KH Zainul Arifin: Berdzikir Menyiasati Angin catatan penting menjgenai perjalanan Presiden Soekarno berserta rombongan sebagai tindak lanjut dari Konferensi Asia Afrika berlangsung di Bandung dimasa pemerintahan Kabinet Ali-Arifin (1953-1955). Kunjungan ke sepuluh negara tersebut dinamai kunjungan muhibah: Membangun Jembatan Persahabatan.

Berturut-turut rombongan Presiden singgah di Bulgaria, Rumania, Austria, Mesir, Nigeria, Guinea, Maroko, Tunisia, Portugal dan Yugoslavia. Kunjungan dalam rangka pembentukan Gerkan Non Blok tersebut tidak memperoleh simpati sedikitpun dari AS yang memandangnya sebagai: "Perkumpulan negara-negara miskin."

Kemlu.go.id mencatat: 

Kunjungan Presiden Soekarno ke Rabat tanggal 2 Mei 1960 tercatat sebagai kunjungan kepala Negara pertama di dunia ke Maroko pasca kemerdekaan. Kunjungan tersebut mendapat sambutan hangat dari Raja Mohammed V dan rakyat Maroko. Presiden Soekarno dianggap sebagai Pemimpin Revolusi dunia yang membangkitkan semangat kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika. Kunjungan Presiden Soekarno ini merupakan catatan sejarah penting yang menunjukkan kedekatan antara kedua negara.

Sedangkan dari keterangan mengenai film khusus saat berlangsungnya kunjungan di Maroko saya berhasil mencatat:

Dari Guinea di Afrika Barat, rombongan menuju Maroko. Setibanya di Rabat, Presiden dan rombongan disambut Raja Muhammad dan Pangeran Mulley Hasan dengan upacara kebesaran militer. Rakyat Maroko memadati jalan-jalan dari bandara menuju Istana Villa Daressalam di mana pasukan berkuda sudah siap menyambut kedatangan Soekarno. Selanjutnya, rombongan menuju kota Makaresh di mana dilaksanakan upacara meminum susu kambing sebagai perlambang persahabatan. Di susul, jamuan kenegeraaan diadakan oleh Putra Mahkota Mulley Hasan, dimana pelaksanaannya berdasarkan tradisi setempat berupa duduk lesehan di atas karpet. di dalam tenda khas Arab. 

Baru malam harinya, diselenggrakan jamuan makan yang lebih formal oleh Raja Muhammad yang dilanjutkan bagian terpenting kunjungan berupa penandatanganan persetujuan berdasar prinsip Dasa Sila Bandung. Keesokan harinya, rombongan Presiden melanjutkan perjalanan menuju, Lisbon, Portugal.

No comments: